Setelah setengah hari panjang, mobil Alaska berhenti di depan pekarangan rumah Jinan tepat pukul setengah sepuluh malam. Sampai karnaval hampir tutup dan mereka selesai makan, baru Key mau pulang.
Cowok itu menoleh memandangi dua orang yang tertidur di kursi penumpang. Ujung bibirnya membentuk kurva tipis melihat Jinan memangku Key dan memeluk gadis kecil itu dengan erat, sembari matanya terpejam bersandar pada pintu. Mereka mungkin kelelahan sekali.
"Jinan.." Alaska berbisik mengetuk lengannya. "Udah sampe."
Mata Jinan terbuka setengah, mencoba mengumpulkan kesadarannya dan menoleh ke samping. "Udah sampe ya.." Jinan menutup wajah dan menguap kecil. Mengerjapkan matanya. Rambutnya sudah tidak serapih awal meski masih ada pita yang menjepit di sana.
"Masuk, gih. Istirahat." Alaska berdecak, menyingkirkan rambut Jinan yang menghalau wajah. "Kenapa tidur lagi? Bangun. Lo mau gue turunin di jalan?"
Jinan mengerang kecil, mengucek mata. Dia masih merasa sangat mengantuk dan lemas sekali. Mencoba membuka seatbelt dengan pelan. "Bukain.."
Alaska yang melihat itu mendengus, mendekatkan diri untuk melepas seatbelt dari tubuh Jinan. "Manja banget ya lo."
Terkejut, Jinan langsung membuka kedua matanya saat merasakan tangan Alaska menuju samping pinggangnya yang membuat tubuh mereka hampir tidak berjarak. Rasanya waktu melambat, tanpa sadar napas Jinan tertahan sebelum Alaska berhenti di sana.
Jinan menunggu Alaska segera menjauh tetapi lelaki itu di sana membiarkan wajahnya menetap di samping kepala.
"Al..." Jinan menelan ludahnya lamat-lamat. "U-udah?"
Tidak ada jawaban dari Alaska selain cowok itu yang tiba-tiba memundurkan wajah menatap tepat di depan matanya tanpa berniat menjauhkan tubuh.
"Lo..." Alaska bersuara dengan gumaman pelan yang terasa berdengung di telinga Jinan. Napasnya beradu di wajah, seraya senyum jail terbit di wajah. "Nggak keramas ya?"
Dan langsung saja Jinan mengulurkan tangan untuk mencubit keras pipi Alaska sebelum cowok itu menahannya. "Ssst... Key lagi tidur."
Jinan melotot sebal. "Kurang ajar."
Alaska tertawa tertahan dan menjauh. Menahan diri agar tidak tergelak dan Key terbangun. Selalu saja, menganggu Jinan menjadi kesenangan tersendiri.
Setidaknya untuk hari ini.
Sampai gadis itu turun dengan langkah gontai, Alaska mengawasi dari jauh Jinan yang memasuki pekarangan rumah untuk menyalakan lampu jarak jauh. Ketika ia merasa gadis itu benar-benar masuk dan tidak ada suara-suara lain, Alaska mulai beranjak pulang.
..Berkutat di depan laptop selama kurang lebih dua jam tanpa berhenti dari jam istirahat kedua tadi sudah cukup mebuat lehernya pegal karena kebanyakan menunduk. Di depan sana, di layar laptopnya menampilkan desain yang konsepnya beberapa hari yang lalu telah dibuat. Memberikan yang terbaik untuk sekolah memang keren, tapi yang ia lakukan sekarang lebih dari itu.
Waktu memberikan banyak hal termasuk waktu, tenaga, dan segala ide-ide mind blowing yang sudah dikagumi sejak dulu, dia bukan sekedar memberikan yang terbaik, tapi juga memberikan kesempurnaan—untuk selalu berada di puncak tertinggi.
Ada yang disebut oleh orang lain dari dirinya adalah paket lengkap. Cantik, cerdas, dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik dengan siapa pun.
"Serena."
Pemilik nama yang baru disebut melirik sebentar untuk melihat pemanggil namanya. "Hm."
Cowok dengan perawakan tinggi itu masuk ke dalam ruangan OSIS tersebut. Ruangannya luas, dingin, dan ada beberapa meja yang disusun. Bagian belakang dibiarkan sedikit kosong mungkin untuk bersantai. Tangannya merogoh kantung baju dan menaruh benda kecil tepat di atas meja Serena.

KAMU SEDANG MEMBACA
.niskala
Fiksi RemajaHidup Jinan adalah sebuah perwujudan niskala. Abstrak. Tanpa tujuan. Penuh ketidakjelasan yang berarti. "Kamu adalah sebuah ilusi yang nyata, namun tak terkejar, tak tercapai, tapi benar adanya." Ketika ia dihadapkan dengan banyak hal, termasuk dua...