04.VIER

962 160 491
                                    

Orang bilang, aku terlalu egois.
Namun, pikirku,
Ini hanyalah sebuah bentuk dari pertahanan diri.
-Rachel-

HAPPY READING, PEEPS!

~

Instrumen yang mengalun lembut menyapa gendang telinga Luna hingga membuatnya perlahan memejamkan mata seraya menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa kulit putihnya.

Yiruma - Kiss the Rain

Dentingan piano yang indah itu mampu menyihir mood Luna yang awalnya buruk menjadi lebih membaik.

Saat ini Luna sedang berada di balkon kamar, diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Perlahan Luna menyunggingkan senyumannya, di waktu seperti ini adalah suasana yang paling ia sukai. Hening dan gelap, dimana ia bisa bernafas dengan tenang sambil menghirup udara malam yang menyegarkan.

Cekrek

Luna tersadar saat sebuah blitz dari kamera mengenai dirinya. Dengan perasaan was-was serta panik, gadis itu menoleh ke segala sumber.

Siapa yang berani memotretnya malam-malam begini?

Ditambah lagi, bagaimana bisa ia masuk ke dalam perkarangan rumah yang di awasi oleh bodyguard Rei yang bisa terbilang lumayan banyak?

Sekujur tubuhnya merinding dan keringat Luna mulai mengucur deras. Anxiety yang ia miliki mulai kambuh.

"SIAPA DISANA?" pekiknya sambil berusaha menjaga nada suara agar tetap tenang, meskipun ia sadar vokalnya telah pecah.

Hening.

Cekrek

Luna terdiam kaku saat suara kamera itu berbunyi lagi, namun kali ini tanpa blitz. Dengan langkah tergesa-gesa ia masuk ke dalam kamar, lalu mengunci pintu, menyibak tirai dan kemudian mematikan lampu.

Jantungnya berdetak kencang.

"Tuhan ... Siapa pun yang melakukan ini, Luna mohon tolong jaga Luna."

~

Agatha berdecak, "LUNA! KENAPA KAMU LAMA SEKALI, SIH?!" serunya sebal lalu berdiri dan berkacak pinggang.

Saat ini Agatha beserta Rei dan Rachel sedang menunggu sarapan yang sedang Luna masak, namun setelah belasan menit menunggu gadis manis itu tidak kunjung keluar dari dapur.

Tak lama, sosok gadis yang rambutnya masih sedikit basah sehabis mandi itu keluar sambil membawa nampan berisi sandwich beserta air putih.

Duk

Luna meletakkan nampan di meja dengan sedikit kasar, ekspresi gadis itu datar tak terbaca.

"Udah 'kan? Bye," ketusnya kemudian berlalu menuju tangga. Seragamnya masih belum di setrika, Luna harus cepat-cepat bersiap agar kejadian kemarin pagi tidak terulang kembali.

Luna ragu jika Satpam masih memberinya toleransi untuk kedua kali.

"Yang sopan sama orang tua, Luna!"

Itu Rei yang angkat bicara, pria berjas abu-abu tua itu merasa kesal karena Luna sudah tidak pernah bersikap lembut kepada mereka semenjak anak bungsunya itu beranjak usia remaja.

"Dasar anak gak tahu di untung," sahut Agatha.

Langkah Luna menaiki tangga seketika terhenti saat mendengar desisan dari Mamanya, "Watch your mouth, Mom," kata Luna datar tanpa sudi untuk menoleh, kemudian melanjutkan langkahnya.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang