25.FÜNFUNDZWANZIG

430 61 217
                                    

Kuda dan alur kehidupan manusia itu selaras.
Karena terkadang, keduanya sama-sama butuh 'pacuan' agar dapat 'berlari' dengan maksimal.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

*Full flashback masa lalu Nabilla*

Nabilla membanting pintu kamarnya lalu ia kunci tanpa peduli rentetan pertanyaan dari ARTnya. Dengan gaun yang basah, tubuhnya mulai merosot di pintu.

"Hiks ..." Nabilla berkali-kali mengusap wajah namun air matanya tetap turun dengan deras.

Nabilla lelah dengan semua ini. Sejak awal ia masuk SD, Nabilla sudah mendapatkan berbagai macam bentuk bully dari fisik maupun mentalnya.

Dirinya pun tidak mengerti mengapa teman-temannya begitu kejam, padahal Nabilla tidak pernah menyakiti atau mengganggu salah satu di antara mereka.

Awalnya Nabilla hanya bisa diam dan menanggapi semua itu dengan senyuman karena Nabilla pikir, kalau ia bisa bersabar sebentar saja mereka akan berhenti menyakitinya.

Akan tetapi, ternyata Nabilla salah. Semakin Nabilla diam, maka mereka sikap mereka ke Nabilla semakin tidak terkontrol.

Apa ada yang salah dengan memiliki tubuh yang lebih berisi dibandingkan yang lain?

Apakah memakai pakaian sederhana asalkan nyaman di tubuh itu sesuatu yang terlihat kuno dan norak?

Nabilla tidak mengerti.

Entah Nabilla yang memang kampungan atau mereka yang terlalu jahat kepadanya.

"Bagaimana caranya supaya mereka bisa berhenti membenciku?"

Nabilla merenung sambil menekuk kedua lutut, sorot matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam.

~

Pagi-pagi sekali Nabilla bangun dari tidurnya, tadi malam karena terlalu lelah menangis Nabilla ketiduran di lantai.

Dengan langkah gontai ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah itu Nabilla memakai kaos dan celana pendek.

Hari libur adalah hari yang paling Nabilla tunggu-tunggu. Hanya di hari itu lah Nabilla tidak perlu menghadapi tindakan kekerasan dari teman sekolahnya.

Setelah selesai berbenah diri, Nabilla keluar kamar dengan niat ingin sarapan karena sejak tadi malam ia sama sekali belum menyuapkan sedikit pun makanan ke dalam mulutnya.

Nabilla berjalan ke arah dapur, namun langkahnya terhenti saat mendengar dentingan sendok di ruang makan.

Bola matanya melebar. "Papi dan Mami udah pulang?!" gumam Nabilla.

Perlahan kedua sudut bibirnya terangkat. Nabilla segera berlari kecil menuju sumber suara.

"Mami! Papi!" Nabilla berteriak senang saat mendapati kedua orang tuanya sedang menyantap sarapan berdua.

Pekikan dari Nabilla membuat pasangan itu menoleh serentak.

"Ah, anak Mami udah bangun, ya? Sini kita sarapan dulu!" ajak Desi -Ibu Nabilla- seraya melambai ke anaknya.

Sedangkan Edwin -Ayah Nabilla- hanya memasang senyuman teduh menatap putri tunggalnya.

Nabilla mengangguk senang lalu mengambil tempat duduk di samping ibunya.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang