19.NEUNZEHN

482 71 235
                                    

Nevertheless,
That poor girl still want you to be her flashlight in the darkness.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

"El!" Luna membuka gerbang rumahnya lebih lebar, memperlihatkan kepalanya yang menyembul dibalik gerbang untuk mengintip seorang laki-laki yang sedang bersandar di dinding dengan tangan melipat di depan dada.

Panggilan Luna membuat El yang sedang termenung menatap jalanan komplek itu menolehkan kepalanya ke samping kanan.

Sorot mata yang awalnya datar itu kini berbinar disertai sudut bibir tertarik ke atas. "Hai! Selamat pagi!"

Luna terkekeh lalu keluar dari balik pagar. "Pagi juga." Gadis itu menutup kembali pagarnya dengan rapat kemudian menghampiri El.

"Maaf, El. Gue bikin lo nunggu lama, ya?" sesal Luna saat berada di samping laki-laki itu.

El membenarkan letak kacamatanya, lalu menyugar rambutnya yang sedikit basah ke belakang.

"Iya, gue nunggu lama." El memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sambil beralih memposisikan badan menghadap Luna, lalu sedikit membungkuk sehingga wajahnya berjarak 5 cm di depan wajah gadis itu.

Luna menahan nafas sejenak dengan mata yang melotot terkejut, badannya menjadi kaku karena posisi mereka yang membuat detak jantung Luna menggila. Mendadak atmosfer di sekitarnya menjadi panas.

"Karena udah buat gue menunggu, sebagai gantinya pulang sekolah nanti lo harus ikut gue, oke?" El memiringkan kepalanya seraya menyunggingkan senyum hingga mata laki-laki itu berbentuk bulan sabit.

Luna sedikit mengernyit, mulut gadis itu tetap membungkam karena terlalu speechless. Tangannya gemetar, selaras dengan detak jantung yang kian cepat, jarak mereka serta senyuman itu memicu aliran darah Luna berdesir hebat hingga membuat wajah Luna memanas.

"Diam berarti setuju. Oke, ayo berangkat," bisik El, suaranya terdengar halus di gendang telinga Luna. El terkekeh sebentar seraya meniup pelan poni Luna.

Setelahnya, ia menjauhkan badan lalu menggapai tangan Luna dan menggenggamnya lembut, membawa gadis yang sedang berusaha keras mengembalikan kewarasannya itu berjalan menuju sepeda yang terparkir.

El berhenti. "Sebentar." Laki-laki itu menipiskan bibirnya menahan tawa karena merasakan tangan Luna yang berkeringat dingin.

El melirik Luna yang wajahnya sudah seperti kepiting rebus, sebisa mungkin ia menahan kekehannya. "Lo lucu kalau lagi salting."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang