65.FÜNFUNDSECHZIG

224 23 27
                                    

Sebuah rasa yang tidak menggebu,
namun tersusun rapi di dalam qalbu.
Ketika lisan membisu,
di saat itu lah ia tahu,
bahwa perasaannya bukanlah hal yang semu.
-evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

Luna membawa El ke rooftop, mengikuti pesan dari Nabilla. Gadis itu sudah memberitahu kepadanya bahwa Luna bisa memakai rooftop selama apa pun yang ia inginkan.

Tentu saja hal itu termasuk campur tangan Satpam. Nabilla berusaha keras membujuk Satpam agar mau meluangkan sedikit waktunya menjaga sekolah lebih lama. Sebagai bentuk rasa terima kasih, Nabilla membelikan Satpam itu berbagai makanan ringan, minuman, serta uang.

Nabilla paham bahwa saat ini yang Luna butuhkan adalah ketenangan setelah insiden di kantin.

Jadi, apa salahnya Nabilla membantu gadis itu lagi?

Dan di sini lah Luna dan El sekarang. Duduk di sofa yang menghadap bangunan-bangunan tinggi.

Jam istirahat tentu sudah berakhir beberapa belas menit yang lalu. Akan tetapi, untuk ke dua kalinya mereka membolos.

Bedanya, saat itu Luna dan El pergi ke pantai untuk menenangkan diri. Kali ini, Luna lebih memilih mengajak El ke tempat favoritnya.

El yang awalnya duduk di sebelah kanan gadis itu, kini beranjak yang membuat Luna seketika menoleh ke arahnya.

Ia melihat El berdiri di depannya seraya perlahan jongkok.

Luna berkedip ketika netra mereka bertubrukan di saat El mendongakkan kepala.

Alis Luna menyatu menatap bingung tangan kanan El yang sedang terjulur ke arah dirinya. "Kenapa?" tanya gadis itu.

"Sini tangan lo."

Glek

Luna menelan salivanya kasar. Pasti El sekarang sedang membahas tentang self harm yang ia lakukan.

Ya ampun! Luna harus bagaimana?

Walaupun Luna yakin kalau El tidak akan ngejudge dirinya, tetap saja ia merasa ragu. Takut jikalau El seketika ilfeel.

Luna menipiskan bibir lalu memalingkan wajah ke kiri. "Gue enggak apa-apa."

Helaan napas berat dari laki-laki di depannya masuk ke dalam indra pendengarannya, menjadikan Luna melirik El sedikit.

Lagi-lagi tatapan teduh yang ia dapatkan.

Sial.

Di saat seperti ini kenapa dirinya malah blushing? Oh ayolah, Luna!

"Gue enggak akan ilfeel sama lo semudah membalikkan telapak tangan, kalau itu yang lo pikirin sekarang."

Luna menoleh cepat, menyorot El dengan tatapan menyelidik.

Gimana bisa laki-laki itu tahu apa yang sedang ia pikirkan?

Ditatap sedemikian intens oleh Luna sama sekali tidak mengganggu El. Justru, perlahan ia mengambil tangan kanan kiri Luna dan menyibak lengan baju itu sampai ke siku.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang