Tidak peduli sejauh apa kaki menapak,
bayangan itu terus menerus menggapai,
tanpa henti, tanpa tapi.
Maka, izinkanlah kali ini aku ikut tenggelam,
pada lara yang kelam.
-Evanescence-HAPPY READING, PEEPS!
~
Luna melajukan motornya di jalanan yang lumayan padat karena saat ini adalah waktu di mana sebagian pekerja pulang dari kantor.
Seolah tidak peduli akan keselamatan, gadis itu terus menambah kecepatan motor, menyalip di antara pengendara lain hingga menciptakan bunyi klakson yang bersahutan.
Air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Luna benar-benar merasa hancur, bahkan, kali ini lebih hancur dari biasanya.
Lebih sakit. Lebih dalam. Lebih terluka.
Sampai-sampai Luna bingung harus dengan cara apa dia menyampaikan berita menyakitkan itu ke kakaknya?
Ditambah lagi pasti sekarang Rachel tengah bersenang-senang di mall. Luna tidak tega membuat saudaranya itu sedih.
Ya Tuhan, kenapa masalah yang menimpa tak kunjung selesai?
Skenario seperti apa yang sedang Engkau tulis?
Kapan waktu istirahat itu tiba? Luna sudah lelah sekali.
Walaupun sedari kecil Luna tidak pernah merasakan hadirnya sosok Ibu dalam diri Agatha untuk dirinya, akan tetapi, Agatha tetaplah Ibu yang melahirkan Luna.
Yang berjuang bertaruh nyawa untuk kehidupan Luna.
Dan dia tidak bisa memungkiri, bahwa jasa Agatha tak akan mampu dia bayar.
Isakan Luna semakin menjadi, hatinya benar-benar sesakit itu ditinggal oleh satu-satunya wanita yang ada di hidupnya. Tidak dapat Luna bayangkan bagaimana keadaan rumah megah itu tanpa kehadiran sang mama di dalamnya.
Rumah yang selalu tercium bau-bau masakan enak serta kue kering sudah tidak akan mereka rasakan lagi.
Hati Luna semakin hancur berkeping-keping mengingat bagaimana hubungan antara dia dan mamanya selama ini.
Bahkan, Luna belum sempat berbakti.
Luna belum sempat mengucapkan terima kasih, karena sudah berjuang melahirkannya ke dunia.
Rasa sakit yang menikam ulu hati membuat Luna bagai kaca pecah.
Mama ... Luna minta maaf ... untuk semuanya.
~
Sepasang netra hazel berpendar, mencari keberadaan sang kakak di mall yang begitu luas.
Luna sudah berkali-kali menghubungi Rachel, namun tidak ada satu pun panggilan yang diangkat oleh gadis itu.
Apakah berbelanja memang seseru itu sampai-sampai Rachel tidak menyadari adanya telepon masuk?
"Lo ke mana, sih, Chel?!" Luna bermonolog.
Dia kembali melangkah, mencari tanpa lelah keberadaan Rachel sembari memegang ponsel yang melekat di telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescence (END)
Teen FictionBELUM DI REVISI! -UPDATE SETIAP HARI SENIN, RABU DAN SABTU- Evanescence berasal dari bahasa Jermanik yang berarti "kehilangan". Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis belia yang baru saja berusia 19 tahun bernama Luna. Dengan s...