Awalnya kukira,
kita adalah sebuah akhir dari derita.
-Evanescence-HAPPY READING, PEEPS!
~
Dengan langkah gontai ia berjalan setapak demi setapak di jalanan yang cukup ramai oleh orang berlalu lalang. Pandangan matanya kosong tanpa harapan.
Luna mengabaikan berbagai macam tatapan benci serta jijik dari orang-orang yang menghujam tepat di kornea matanya.
Seragam yang gadis itu kenakan tampak lusuh serta berbau limbah, bahkan jika diperhatikan secara jelas, kedua lengan Luna tak henti-hentinya mengalirkan darah.
Mengerikan.
Tidak ada lagi yang tersisa dihidupnya selain dirinya sendiri.
Mata hazel yang bercahaya redup itu kini menatap ke atas, melihat langit yang mulai menggelap seakan ikut berpatisipasi dalam suasana hatinya.
"Tuhan, aku hanya ingin pulang."
Luna kembali menunduk, mencoba mengukir senyuman walau tampak getir.
Rintik hujan mulai turun. Perlahan semakin deras dan membuat dirinya basah.
Rasa sakit pada lengan serta lututnya tidak ia hiraukan. Luna tetap berjalan seolah tak pernah merasakan sakit.
Tiiiit
Bunyi klakson yang terasa dekat membuat Luna melirik sebuah mobil di sampingnya. Mobil itu berjalan pelan seperti sedang mengikuti langkah gadis itu.
Tanpa dilihat siapa pengendara yang berada di dalam, Luna sudah tahu siapa pemilik mobil berwarna merah muda itu.
Tiiiit
Luna tetap melanjutkan langkahnya.
Di sisi lain, Nabilla geram dengan sikap keras kepala yang dimiliki Luna. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk keluar dan membiarkan tubuhnya ikutan basah.
"Luna!" Nabilla melangkah lebar lalu memegang pergelangan tangan Luna.
"AW!" Luna terpekik saat merasakan sakit pada lengannya akibat genggaman Nabilla yang sedikit erat.
Sedang si gadis pinky terkejut dengan reaksi tersebut. Lalu, netranya beralih menatap pergelangan tangan Luna yang digenggamnya. Seketika bola mata Nabilla melebar. "ASTAGA, LUNA! LO SELF HARM LAGI, YA?!"
Luna hanya diam tak menjawab sebab energi yang ia miliki sudah hampir terkuras habis. Menjadikan dirinya tak kuasa walau hanya berbicara barang sepatah kata.
Nabilla menggeleng pelan. Ia melepaskan genggaman itu kemudian menatap ngeri tangannya yang diliputi darah Luna dan juga tidak habis pikir bagaimana bisa seragam gadis itu menjadi kotor dan juga bau. "Ayo biar gue anter!" titahnya tanpa tapi.
Tanpa bersuara, Luna mengikuti Nabilla masuk ke dalam mobil.
Saat mereka sudah berada di dalam. Nabilla segera memberi Luna handuk yang selalu ia bawa. "Lo keringin dulu bagian-bagian tertentu, termasuk area sekitar luka biar enggak semakin perih."
Gadis itu mengangguk dan mulai mengeringkan diri dengan handuk kecil tersebut.
Nabilla menatap Luna dalam diam. Walau ia baru masuk ke kehidupan gadis di depannya, Nabilla bisa mengerti seberapa besar rasa yang Luna hadirkan untuk El.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescence (END)
Teen FictionBELUM DI REVISI! -UPDATE SETIAP HARI SENIN, RABU DAN SABTU- Evanescence berasal dari bahasa Jermanik yang berarti "kehilangan". Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis belia yang baru saja berusia 19 tahun bernama Luna. Dengan s...