Karena nyatanya,
tidak ada manusia yang bisa dijadikan sandaran selain diri sendiri.
-Evanescence-HAPPY READING, PEEPS!
~
"Gimana harimu? Berjalan dengan baik?"
Seorang pria sedang bersidekap di depan dada sambil mengangkat wajahnya angkuh dengan tubuh yang ia sandarkan pada kursi kerjanya.
Sedang laki-laki di depannya tampak menahan emosi, terlihat dari urat-urat di tangan yang menonjol saat tangan itu mengepal. "Jangan terlalu banyak basa-basi, sialan," desisnya.
"Wow!" Rei memasang ekspresi pura-pura terkejut lalu terkekeh. Ia beranjak dari kursi lalu melangkah kecil menuju laki-laki tersebut.
"Ternyata ... kamu tidak selembut kelihatannya, ya, El?" ejek pria itu seraya menaikkan sebelah alisnya.
Pandangan El menajam.
"Atau ... bisa kita panggil dengan nama ... Rayden Elard?" Rei kembali terkekeh senang.
El menghembuskan napas yang terasa berat sembari memejamkan matanya selama beberapa detik.
Entah bagaimana caranya pria itu mendapatkan informasi rahasia mengenai dirinya. Akan tetapi, yang jelas kini posisi El sedang berbahaya. Ia harus menahan diri agar tidak bertindak gegabah dan berakhir membuat masalah baru.
Rei meneliti penampilan El dari atas sampai ke bawah. "Kamu benar-benar berbakat menjadi seorang aktor," sindirnya.
"Pantas saja anak saya menjadi tergila-gila. Apakah kamu benar-benar mencintainya, Rayden? Atau ... hal itu juga termasuk dari kepura-puraanmu?"
"Jangan pernah membawa nama Luna di sini. Bahkan, untuk menyebutnya sebagai anak pun anda tidak pantas, Tuan Rei yang terhormat." Tanpa takut sedikit pun El menyorot tajam Rei yang terlihat santai.
Pria itu tergelak. "Benarkah?" Rei mengangguk sebentar.
"Ya ... memang benar, sih. Saya tidak pantas karena level Luna jauh berada di bawah saya. Saya terlalu mengagumkan untuk dia yang rendahan. Bukankah begitu?"
Rei mencoba memancing emosi El. Ia tergelak saat melirik tangan laki-laki itu yang mengepal semakin erat.
"Jadi ... kamu benar-benar mencintainya?"
El berdecih. Kenapa pria ini mengulur waktunya?
"Mari bernegosiasi—"
"Saya tidak tertarik," potong El cepat.
"Hancurkan Luna atau—"
"Diam, brengsek! Sudah saya bilang jangan pernah bawa-bawa Luna di sini!" Napas El memburu. "Saya tidak akan pernah menyakiti dia barang sedikit pun!" teriak laki-laki itu.
Rei menaikkan alis seraya tertawa keras. "Bukankah kamu sudah menyakiti dia, Rayden? Kamu meninggalkannya, 'kan?"
Pandangan El semakin sengit. Ia mencoba menahan gejolak amarah yang sudah di ambang batas dengan menutup mata sejenak. Tidak, ia tidak boleh gegabah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescence (END)
Teen FictionBELUM DI REVISI! -UPDATE SETIAP HARI SENIN, RABU DAN SABTU- Evanescence berasal dari bahasa Jermanik yang berarti "kehilangan". Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis belia yang baru saja berusia 19 tahun bernama Luna. Dengan s...