08.ACHT

707 122 598
                                    

Suatu saat nanti,
Kau akan menemukan satu alasan yang mampu membuatmu bertahan dari hiruk pikuk dunia.
-Rachel dan Luna-

HAPPY READING, PEEPS!

~

Luna merebahkan tubuhnya di kasur single size. Tulang punggung Luna rasanya hampir remuk, cucian baju hari ini terasa lebih banyak. Ditambah lagi Luna hanya di perbolehkan mencuci baju memakai tangan, tanpa mesin.

Mata Luna menatap langit-langit kamarnya, kembali mengingat pertemuan pertama dirinya dan El yang diawali percakapan random. Kemudian, saat di mana El menawarkan diri untuk mengantar Luna sampai ke rumahnya.

Laki-laki itu tidak terlalu cerewet, namun juga tidak terlalu pendiam.

Matanya yang menyipit ketika tertawa, senyuman khas, hidung mancung, serta tatapan teduh layaknya pohon rindang yang membuat jantung Luna menjadi berpacu kencang hanya dengan membayangkannya.

Dan ketika El merespon perkataan dirinya dengan lembut serta sopan, terlihat bahwa lelaki itu menjunjung tinggi harga diri seorang wanita.

Mengingat El serta segala tingkah menyenangkan yang dimilikinya membuat bibir Luna berkedut menahan senyum. Tampaknya, mulai hari ini Luna tidak akan merasakan kesepian lagi karena kehadiran lelaki itu.

"Kenapa gue jadi kayak remaja jatuh cinta gini, sih?" Tawa gadis itu mengudara.

Untuk sejenak, Luna lupa dengan self harm yang selalu dilakukannya setiap pulang sekolah.

Ting

Luna menolehkan kepalanya pada ponsel yang berada di atas nakas.

Siapa yang sudah mengiriminya pesan?

Sejauh ini Luna tidak pernah mendapatkan pesan dari orang lain, bahkan, Rei pun jarang menghubunginya.

Tangan gadis itu bergerak mengambil ponselnya yang memakai case berwarna dark blue. Alis Luna seketika menyatu saat mendapati nomor tak dikenal mengiriminya pesan singkat. Iya, benar-benar singkat.

Hanya sebatas, "save."

Luna tak mengindahkan pesan itu, dan menyimpan kembali ponselnya di samping badan. Namun, tak kurang dari semenit ponselnya kembali berbunyi.

08952913xxxx
El.

Luna tergelitik saat melihat pesan kedua yang ternyata adalah El, sosok yang baru saja terlintas di dalam pikirannya.

Dengan segera Luna membalas pesan lelaki itu.

Luna
Ok.
Read

~

El membenarkan letak kacamatanya yang sedikit turun, tangan kanannya menggenggam erat ponsel yang sedang menyala, menampilkan sebuah roomchat. El membaca berulang kali pesan balasan dari Luna yang menurutnya terlalu singkat.

"Oke doang?" tanya laki-laki itu yang sudah ketiga kalinya.

Kaki yang semula ia luruskan di atas kursi kini menekuk, menimbang-nimbang apakah ia harus membalas lagi pesan Luna dengan mencari topik baru sebagai alasan untuk terus bertukar pesan, atau El akhiri dengan membacanya saja?

Tidak, El harus berteman dengan Luna. Gadis itu mempunyai keunikannya tersendiri dan membuat El tertarik untuk membuat ikatan persahabatan dengannya.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang