18.ACHTZEHN

481 75 270
                                    

If you realized how powerful your thoughts are, you would never think a negative thought.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

Luna menekan tombol hijau pada ponselnya, menghubungi seseorang yang akan ia mintai bantuan untuk hari ini, Luna mendekatkan ponsel itu ke telinga.

Tak menunggu waktu lama, telepon itu tersambung.

"Halo, selamat pagi! Ada yang bisa saya bantu, Mbak?"

Senyum tipis terukir di bibir ranumnya, mendengar suara El serta nada ceria dari laki-laki itu membuat kondisi mood Luna sedikit membaik.

"Pagi, El. Lagi senang banget kayaknya," tutur Luna sambil terkekeh, gadis itu mendudukkan dirinya di atas kursi.

"Iya, dong. Biar bahagia gue juga nular ke lo."

Luna menipiskan bibir, berusaha menyembunyikan senyum yang ingin terbit dari wajahnya.

"Oke ... oke." Luna terkekeh kemudian memberi jeda beberapa detik. "El, gue boleh minta tolong, nggak?"

"Boleh, dong. Minta tolong apa?"

"Anu ..." Gadis itu menghembuskan nafasnya gugup. "Lo ... bisa jemput gue, nggak?" tanya Luna dengan nada pelan.

"Tapi, kalau nggak bisa juga nggak apa-apa," sambungnya cepat seraya menggigit jempol, menunggu jawaban dari El.

"Bisa, kok. Emang sepeda lo kenapa? Temen gue udah nganterin ke rumah lo, 'kan?"

Luna memejamkan mata dengan senyum sumringah, merasa lega dan senang saat El mengiyakan permintaannya. Luna melangkahkan kakinya ke balkon, mengintip halaman rumahnya.

El benar, teman dari laki-laki itu sudah mengantarkan sepedanya, dan sekarang sepeda itu berada di halaman rumah dekat pagar.

Pasti satpam yang buka pagarnya Batin gadis itu.

"Udah, cuma gue lagi nggak bisa bawa sepeda hari ini ..."

"Ah ... oke. Kebetulan gue udah siap-siap, sebentar lagi gue jemput, ya?"

Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas hingga gigi kelincinya terlihat, Luna refleks melompat-lompat kecil, seketika lupa bahwa tubuhnya sedang sakit. Manik gadis itu memancarkan binar bahagia. "Oke! Thanks, El."

"Santai aja, Lun. Kalau gitu gue tutup dulu, ya?"

"Iya, bye ..."

"Dah ..."

Tuutt

Luna menghembuskan nafas lega, kemudian kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam, membersihkan diri kemudian bersiap-siap.

~

Agatha meletakkan tiga piring berisi nasi goreng di atas meja makan, lalu mengambil air putih tiga gelas serta segelas susu coklat untuk Rachel.

"Hari ini Mama yang masak. Luna 'kan lagi dikunci di kamar mandi," urai wanita berlipstik merah menyala itu.

Tangan Rachel menggapai mengambil sepiring nasi goreng dan air putih. "Udah Rachel bukain pintunya, kok."

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang