Biarlah aku menjadi buta tentang luka,
sembari kubalut rapi dengan tawa.
Agar tidak ada seorang pun yang tahu bahwa,
sang raga tengah menderita.
-Evanescence-HAPPY READING, PEEPS!
~
"Ayo masuk dulu, Bry. Aku mau buatin kamu kopi paling enak!" seru Rachel saat mobil Bryan sudah terparkir di halaman rumahnya.
Sambil mengetuk-ngetuk stir dengan tangan kanan, Bryan memasang tampang sedang berpikir. "Kapan-kapan aja, ya? Kamu, 'kan, masih sakit. Harus istirahat yang banyak." Laki-laki itu menatap wajah Rachel yang terlihat dari samping seraya mengelus punggung tangan gadisnya dengan jari jempol.
Rachel menoleh cepat, raut wajahnya menekuk kesal. "Apaan, sih? Aku udah sehat, tahu! Lagian cuma buat kopi doang masa enggak mampu. Ayo, Bryan! Harus mau pokoknya!" paksanya tanpa tapi.
Kemudian, Rachel melepas seatbelt. "Ayo!" Setelah berucap, ia membuka pintu mobil terlebih dahulu.
Bryan yang masih setia duduk di kursi mobil hanya bisa menghela napas pasrah sambil ikut membuka seatbelt.
Mau bagaimana lagi? Jika tidak dituruti, dipastikan pacarnya yang sensitif itu akan merajuk. Dan kalau sudah begitu, Bryan tidak akan mendapatkan kabar dari Rachel selama berhari-hari karena gadis itu akan mematikan ponselnya, enggan berkomunikasi.
"Bryan! Ayo!" sungut Rachel dengan suara yang sedikit keras di luar mobil.
Sang pacar menggeleng pelan, tidak habis pikir dengan tingkah Rachel yang terlihat begitu sehat padahal baru saja keluar dari rumah sakit. "Iya, Sayang," sahutnya seraya membuka pintu mobil lebih lebar lalu menjejakkan kakinya keluar.
~
Tanpa terasa waktu cepat berlalu. Padahal, Luna baru saja merasa pusing akibat perang batin antara ingin menuruti logika atau hatinya perkara nilai sekolah.
Dan sekarang dirinya sudah disuguhkan materi di jam pelajaran terakhir.
Luna menatap malas rentetan kalimat yang berada di papan tulis dengan tangan kanan bekerja menyalin semua itu ke buku tulisnya.
Kapan jam pulangnya, ya?
Sesekali gadis itu tampak menahan diri agar tidak menguap di saat jam pelajaran berlangsung. Luna memang tidak menyukai sesi mencatat, dirinya lebih suka ketika disuruh praktek karena dengan begitu Luna akan gampang memahami materi yang disampaikan.
Ya, gadis itu tipe yang mampu menangkap pelajaran dengan langsung memperagakannya.
Luna itu gampang lupa jika hanya disugukan materi berupa tulisan saja. Maka dari itu ketika Luna sedang mengulang pelajaran, sebisa mungkin dia mencari bahan untuk bisa menjadi alat praktek atau gambaran tentang materi tersebut.
Terkadang, Luna juga mencoba menggambar sesuatu yang berkaitan dengan materi dirinya pelajari.
Belasan hingga puluhan menit berlalu dengan mata yang selalu mencuri pandang jam di dinding.
Senyumnya merekah ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 13.42 WIB yang berarti sebentar lagi bel pulang sekolah akan berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescence (END)
Teen FictionBELUM DI REVISI! -UPDATE SETIAP HARI SENIN, RABU DAN SABTU- Evanescence berasal dari bahasa Jermanik yang berarti "kehilangan". Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis belia yang baru saja berusia 19 tahun bernama Luna. Dengan s...