Coz if I have u,
it means I have the whole world.
-Evanescence-HAPPY READING, PEEPS!
~
"Oke. Sekarang lo harus cerita." Luna menyandarkan punggung ke kepala kasur queen size milik Rachel.
Sedangkan Rachel duduk di kursi belajarnya menghadap Luna sambil memutar bolpoin di tangan kanan. Ia meneliti sang adik yang sedang santai itu dari atas sampai bawah.
Baru beberapa jam yang lalu mereka terlibat kejadian tidak mengenakkan dan hampir merenggut nyawanya. Tapi, kenapa sekarang Luna terlihat begitu rileks seolah tidak terjadi apa-apa?
Alis Rachel bertemu.
"Sebelum itu gue mau nanya lebih dulu," tuturnya dengan air muka serius. "Lo enggak apa-apa?"
Luna tergelak sehingga bahunya bergetar. "Menurut lo gimana?" tanya balik gadis itu.
Dia benar-benar terlalu santai. Rachel tidak mengerti. Seharusnya saat ini Luna mengadu tentang apa yang dia rasakan, bukan malah menuntut cerita dirinya dan Bryan.
"Luna, gue serius."
Masih dengan ekspresi geli, Luna mengambil salah satu snack yang berada di nakas samping tempat tidur lalu membukanya dan memasukkan snack rasa keju itu ke dalam mulut.
Untuk sesaat ia memejamkan mata dengan senyuman yang melebar. Snack ini sungguh enak!
Gadis itu meneliti bungkus snack tersebut, membaca ingredients yang terdapat di belakang bungkus.
Di sisi lain Rachel sedikit tersentil. Ia tidak suka jika ucapannya diabaikan, apa lagi untuk masalah seserius ini. Adiknya ini benar-benar!
"Lun!"
Luna melirik Rachel sebentar, kemudian menghentikan aktivitas keponya sembari lanjut memakan snack. "Selama ada El, gue merasa punya segalanya. Dan tentu ...." Ia menyunggingkan senyuman ceria dengan mata yang berbinar.
"... gue akan selalu baik-baik aja," lanjutnya.
Kelopak mata gadis Barbie itu menerjab. Hei, sejak kapan adiknya menjadi sebucin ini?
Jawaban Luna benar-benar di luar dugaan Rachel.
Oke, jadi apa yang telah laki-laki tampan itu lakukan sehingga membuat Luna menjadi sesuka itu padanya?
Otak Rachel berpikir keras. Jika dilihat dari bagaimana perlindungan El terhadap Luna saat gadis itu dirundung di kantin sekolah, memang sudah sangat jelas bahwa El begitu menyayangi adiknya ini.
Bahkan, El yang terkenal tak acuh dan selalu menghindari konflik itu tiba-tiba berubah menjadi tidak terkendali hanya karena Luna-nya sedang tidak baik-baik saja.
"Lo enggak perlu khawatir tentang gue dan El. Dia baik, bahkan terlalu baik. Sampai-sampai gue kadang ngerasa enggak pantas bersanding dengan manusia berhati malaikat kayak dia." Luna mengakhiri aktivitas ngemilnya, kemudian mengambil air putih dan meneguk air itu hingga tandas.
"Gue yang sekelam ini, bersanding dengan dia yang selalu bersinar di mana pun dan kapan pun." Gadis berambut pendek itu tersenyum teduh beriringan dengan sorot yang melembut saat mengingat sosok El.
"Tapi, gue berterima kasih banget sama Tuhan. Karena berkat kehadiran El, hidup gue menjadi lebih terkontrol dan bahagia."
Netra Luna beralih menatap kakaknya. "Lo tahu? Di saat gue terpuruk, hanya dengan lihat senyum dia aja udah mampu buat kedamaian di hati gue kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescence (END)
Teen FictionBELUM DI REVISI! -UPDATE SETIAP HARI SENIN, RABU DAN SABTU- Evanescence berasal dari bahasa Jermanik yang berarti "kehilangan". Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis belia yang baru saja berusia 19 tahun bernama Luna. Dengan s...