44.VIERUNDVIERZIG

302 44 78
                                    

Sebab rasaku adalah candu,
yang tidak akan pudar hanya karena ditelan oleh waktu.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

"Gimana perasaan kamu sekarang, Sayang?" Agatha menatap lembut gadis kesayangannya yang sedang duduk di atas brangkar rumah sakit.

Sambil membawa sepotong mangga masuk ke dalam mulut, Rachel menarik kedua sudut bibir ke atas lalu mengangguk pelan. "Rachel baik-baik aja, Ma."

Tangan kanan Agatha terulur untuk mengusap rambut panjang Rachel yang sedikit kusut.

"Syukurlah. Kamu tahu? Kemarin ada Bryan datang menjengukmu, Nak," paparnya.

Netra Rachel melebar, hampir saja tersedak kalau saja dia tidak buru-buru mengambil air putih yang berada di samping brangkar.

"Bryan?" beo Rachel merasa tidak percaya.

Kenapa laki-laki itu peduli kepadanya?

Bukankah kejadian di mana Bryan menemui Luna terlebih dahulu itu sudah menjelaskan bahwa kehadiran Rachel dalam hidupnya tidak berarti apa-apa?

Lantas, mengapa Bryan harus repot-repot menjenguk dirinya?

Sedangkan Agatha meneliti perubahan drastis pada raut wajah anaknya. Terlihat bahwa Rachel sedang berpikir keras.

"Sayang? Ada apa?"

Intrupsi mamanya membuat Rachel kembali ke realita.

"Enggak apa-apa, kok, Ma." Rachel tersenyum tipis meyakinkan Agatha yang tampak khawatir.

Agatha menatap penuh selidik anak kandungnya, merasa masih belum yakin sepenuhnya dengan jawaban sederhana Rachel. Namun, tak urung Agatha tetap mengangguk tidak ingin memperpanjang masalah.

Rachel baru saja pulih, Agatha tidak ingin membuat anak itu kembali dilanda banyak pikiran.

~

Luna menatap malas lembaran putih yang berada di kedua tangannya.

Derita murid kelas dua belas, selalu disuguhi latihan soal untuk simulasi menghadapi try out serta ujian nasional.

Bukannya otak Luna tidak mampu mengerjakan berbagai pertanyaan disertai rumus memusingkan itu, bahkan sekarang otak encernya sudah bekerja mencari jawaban yang tepat di tiap soal. Tapi, lagi-lagi Luna harus berperang dengan logika dan hati kecilnya.

Haruskah kali ini Luna kembali mengalah ke Rachel dengan cara menjawab soal asal-asalan agar dirinya tidak mendapatkan nilai yang tinggi?

Luna yakin Rachel dan papanya pasti menginginkan hal tersebut.

Tapi, jika Luna terus-terusan membohongi diri hanya untuk keluarganya, bisa-bisa Luna tidak lulus sekolah karena nilainya selalu di bawah rata-rata.

Ya Tuhan, Luna harus bagaimana sekarang?

Gadis itu meletakkan lembaran soal kembali ke meja. Tangan kanan dia tumpukan di atas meja itu seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang