Aku tidak peduli dengan pandangan mereka.
Yang jelas, kehadiranmu adalah satu-satunya yang kuharapkan hingga akhir.
-evanescence-HAPPY READING, PEEPS!
~
Tangan El mengepal erat disertai pandangan yang menajam ketika Luna dan Nabilla sudah tidak terlihat di kantin. Netra kelam itu menatap tajam siswa-siswi yang berada di sana.
Dalam beberapa detik El bergerak cepat menuju meja yang kosong, lalu ...
BRAK!
Meja itu terpental menghantam dinding kantin.
Orang-orang di sana terkejut dengan hal itu sehingga mereka menatap ngeri El yang sekarang sedang menahan emosi, dilihat dari bahu laki-laki itu turun naik.
Masih dengan tangan mengepal, El kembali mengalihkan perhatiannya ke mereka. "Kalian tahu apa yang lebih sampah?" Nada rendah El seketika menjadikan siswa-siswi menunduk takut.
"Mereka yang ikut-ikutan menghujat orang lain, cuma karena ingin kelihatan keren," lanjut El lalu terkekeh singkat.
El saat ini benar-benar berbeda. Aura positif yang biasanya ia keluarkan seketika hilang. Berganti dengan aura kejam, tampak seperti bisa saja bertindak kasar kepada siapa pun yang berani menyentuhnya.
Laki-laki itu kini memperlihatkan smirk. "Gue minta ini untuk pertama dan terakhir kalinya kalian ganggu Luna." El menatap tajam sekeliling, berakhir pada Rachel yang kini tampak pucat bersama Acha di sebelah gadis itu.
Kemudian, ia berbalik meninggalkan kantin yang diselimuti oleh rasa takut siswa-siswi karena tingkahnya.
~
Nabilla membantu membersihkan wajah Luna yang kotor dengan tisu miliknya.
Mereka sedang berada di ruang ganti baju. Sebelum kembali menyusul Luna dan El ke kantin, Nabilla sudah lebih dulu mengambil baju gantinya yang berada di dalam mobil.
Karena Nabilla sudah mengira Luna akan dibully separah ini oleh teman-temannya.
Gadis pinky itu menatap Luna dengan pandangan sulit dijelaskan. "Lo kenapa enggak melawan, sih, Lun? Biasanya juga lo enggak tinggal diam."
Luna tersenyum tipis, menyorot Nabilla lewat cermin besar di depan mereka.
"Entahlah ... gue cuma udah capek berpura-pura. Lagian, cepat atau lambat mereka juga bakalan tahu."
Nabilla bungkam. Merasa ucapan Luna ada benarnya.
Luna menoleh. "Thanks udah mau bantu gue dan ... bawa El ke sana."
Mendengar ucapan terima kasih dari Luna membuat pandangan Nabilla berubah sepenuhnya tentang gadis itu. Ternyata Luna memang tidak seburuk itu. Mereka hanya berspekulasi tanpa bukti nyata.
Hal itu membuat Nabilla merasa bersalah karena pernah ikut menjadi bagian dari orang-orang yang membenci Luna.
Ia meringis. "Enggak usah makasih segala. Anggap aja ini sebagai ganti karena gue dulu udah jahat sama lo."
Wajah bersalah Nabilla membuat Luna tertawa, sehingga menjadikan si empu mendadak kebingungan.
"Gue udah biasa digituin. Lagian, lo enggak pernah nyakitin gue secara fisik, kan? Santai aja."
Bibir Nabilla mencebik merasa terharu. Baru kali ini ia mendapatkan seorang teman yang membuat Nabilla benar-benar nyaman. "Aaaa sini peluk!" Gadis itu merentangkan kedua tangannya, hendak memeluk Luna.
Sedangkan Luna merekahkan senyumannya, mendekat ke Nabilla lalu memeluknya erat.
~
Saat mereka keluar dari ruang ganti baju, kehadiran El yang sedang bersandar di dinding dekat pintu membuat fokus Luna beralih.
Adrenalin gadis itu kembali memacu. Kilas balik kejadian di mana El melindungi dirinya dibalik dekapan hangat itu membuat pipi Luna memanas.
Sedangkan Nabilla yang menangkap gelagat aneh dari Luna seketika menampilkan senyuman jahil.
El masih belum menyadari kehadiran mereka, karena laki-laki itu menyumpal kedua telinganya dengan earphone serta kelopak matanya memejam sambil bersidekap dada.
"Cieee yang ditungguin." Nabilla menyenggol lengan Luna, berniat untuk menggodanya.
Luna mendelik.
"El!" Itu suara Nabilla yang membuat El membuka matanya dan menoleh, netra itu langsung fokus pada seorang gadis berbaju pink di samping Nabilla.
"Oh? Udah selesai ternyata." El mendekat.
Nabilla diam-diam kegirangan melihat Luna yang blushing. "Tugas gue udah beres. Sekarang ratunya bisa dibawa," goda Nabilla sembari menaik-naikkan kedua alisnya, menatap El dan Luna secara bergantian.
Luna mencubit pelan pinggang Nabilla yang membuat gadis itu terpekik pelan. Namun, bukannya kesal, Nabilla malah terbahak.
Senyuman tipis terpatri di wajah El. Ia sudah menangkap situasi seperti apa yang sedang dirinya hadapi saat ini.
Tangannya terulur untuk menggenggam tangan kanan Luna. "Beneran udah bisa dibawa, nih?" El menanggapi candaan Nabilla.
"Wohooo!" Nabilla semakin gencar menggoda Luna yang dihadiahi tatapan tajam dari gadis itu.
"Lun—"
Kalimat Nabilla terhenti saat Luna lebih dulu memotong ucapannya. "Ayo, El." Dengan jemari yang saling terpaut, Luna membawa El menjauh dari Nabilla.
Namun, sebelum itu Luna kembali memberikan tatapan peringatan pada Nabilla agar tidak berbicara hal-hal yang hanya akan menambah rona di pipinya.
Saat mereka perlahan menjauh, Luna masih mendengar sorakan dari Nabilla karena gadis itu memiliki suara yang cukup melengking.
Luna mendengkus, sedangkan El terkekeh.
To be continue
Hai haaii!
Gimana hari kalian?Dan gimana part kali ini?
Siapin hati untuk part selanjutnya, yaaa! Akan ada kejutan kecil lagi~ wkwkw
Vote dan commentnya ditunggu!^^
With love author terkiyud,
Nita
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescence (END)
Teen FictionBELUM DI REVISI! -UPDATE SETIAP HARI SENIN, RABU DAN SABTU- Evanescence berasal dari bahasa Jermanik yang berarti "kehilangan". Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis belia yang baru saja berusia 19 tahun bernama Luna. Dengan s...