Kita semua mempunyai sisi gelap dan terang dalam diri kita, yang terpenting adalah bagian yang kita pilih dalam bertindak. Itulah diri kita sebenarnya.
-Sirius Black from Harry Potter-Ada Potterhead gak disini?
Karakter favorit kalian siapa?
Kalo aku, si duo blonde~
Luna dan Draco, hoho😎HAPPY READING, PEEPS!
~
"WOY BUKAIN PINTU!"
Tanpa lelah Luna terus menggedor pintu walaupun kini tangannya sudah memerah, sudah 20 menit berlalu, namun Luna masih tetap terkunci di ruangan tersebut. Suara gadis itu mulai serak karena tak henti-hentinya berteriak sekencang mungkin.
Siapa yang tega menguncinya seperti ini? Luna berpikir, ia tidak pernah mempunyai musuh di sekolah, jangan 'kan punya musuh, berinteraksi dengan siswa siswi lain pun Luna jarang.
Hanya satu orang yang terlintas di dalam benaknya sekarang.
Siapa lagi kalau bukan saudara kembarnya, Rachel.
Luna yakin Rachel lah yang merencanakan hal ini, saudaranya itu pasti tidak mau kalah saing dengannya saat pengambilan nilai olahraga. Luna menggeram marah. "Sial."
Brak
Dengan sekuat tenaga Luna menendang pintu masuk untuk melampiaskan rasa kesal yang sudah diambang batas hingga wajah gadis itu merah padam.
Buku-buku jari Luna mulai memutih serta sorot mata gadis itu menajam. "Tunggu pembalasan dari gue, Princess," geramnya lalu menyunggingkan smirk.
~
15 menit berlalu, namun sampai sekarang pun Luna masih saja ada di ruang ini. Tubuhnya mulai kedinginan dan bergetar akibat suhu AC yang rendah, akankah Luna terjebak disini sampai berjam-jam?
Tenaganya sudah habis untuk meminta pertolongan, tubuhnya kini hanya bisa terdiam duduk di lantai dengan memeluk kedua lututnya tanpa peduli seragamnya akan kotor.
"Kenapa nasib gue gini amat, sih. Kasihan banget ya jadi gue, udah dikunciin dari luar, poin olahraga pun dikurangi," keluhnya menatap ke cermin yang tepat berada di depannya.
Klik
Luna terperanjat saat mendengar suara kunci diputar, yang artinya pintu itu akan dibuka. Dengan segera ia bangkit dari duduknya dan membersihkan seragam yang kotor akibat duduk di lantai.
"Loh, Neng Luna, ya? Saudaranya Neng Rachel?"
Luna mengernyit, ternyata seorang OB yang membukakan pintu untuknya. Luna melirik ke seragam OB tersebut, pria itu bernama Rolan.
Kemudian gadis itu mengangguk dibarengi senyum sopan. "Iya, Pak. Makasih ya udah bukain pintu buat Luna."
"Kok bisa terjebak disini, sih, Neng? Kenapa gak digedor pintunya?" tanya Pak Rolan memasang wajah serius.
Luna menggaruk kepalanya yang tak gatal secara kaku. "Udah, Pak. Tapi gak ada yang denger," tukas Luna seadanya.
Melihat Pak Rolan yang hanya memberikan respon anggukan kepala, Luna izin untuk keluar duluan.
Sepanjang jalan koridor, mata Luna memicing mencari keberadaan Rachel. Diliriknya jam tangan yang menempel pada pergelangan lengan kiri menunjukkan pukul 08.35 WIB. Ia telat setengah jam, sudah jelas jika Luna tidak bisa ikut serta dalam pengambilan nilai Voli hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescence (END)
Teen FictionBELUM DI REVISI! -UPDATE SETIAP HARI SENIN, RABU DAN SABTU- Evanescence berasal dari bahasa Jermanik yang berarti "kehilangan". Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis belia yang baru saja berusia 19 tahun bernama Luna. Dengan s...