66.SECHSUNDSECHZIG

233 26 23
                                    

Adalah suatu kesalahan yang disengaja ketika menaruh harapan kepada manusia.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

"I love you, Luna."

Hembusan napas El menerpa wajahnya yang masih memanas. Luna bahkan tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Ini terlalu mengejutkan baginya.

Saat ini dirinya hanya tetap diam mematung dengan adrenalin yang memacu.

Keheningan yang menyelimuti itu membuat El menjauhkan wajahnya dan sedikit melangkah mundur untuk memberi jarak. Kedua tangannya bersembunyi dalam saku celana.

Mata teduh itu setia menatap objek indah di depannya yang setia terdiam.

"Gue enggak maksa lo jawab, kok. Tujuan gue cuma mau ungkapin perasaan aja biar lega. Jangan dipikirin, ya." Tangannya mengacak surai Luna.

Luna menerjab, beberapa detik kemudian ia menabrakkan tubuhnya dengan tubuh El. Melingkarkan kedua tangan pada tubuh tegap itu. "Gue cuma lagi speechless aja tadi," sungutnya.

Luna mendongak, berusaha melihat wajah tampan itu dari bawah dagu El. "Lo ... serius suka sama gue?"

Pertanyaan macam apa itu, Lun?

Dilihatnya El mendengkus geli lalu menggeleng. Tangan kirinya membalas dekapan Luna, lalu tangan kanan El memegang belakang kepala gadis itu sembari mendorongnya pelan, membuat Luna berhenti mendongak.

"Enggak."

Gadis itu kembali mendongak, sambil menatap tajam. "Lo ngerjain gue?!"

Tangan kanan El menyisir helaian surai gadis di dekapannya. "Kan gue bilangnya I love you, bukan I like you." El menunduk dan netra mereka kembali bertemu.

"Apa perlu gue perjelas sekali lagi, hm?"

Dengan senyuman yang terkulum Luna memutuskan kontak mata mereka. Menyandarkan kepala di dada El sembari mengeratkan dekapan. "Gue ... juga," bisik Luna malu-malu.

Mata El berkedip lucu. Tidak menyangka bahwa Luna cepat memberikan jawaban atas perasaannya. Padahal, El hanya berniat mengungkapkan.

Dipegangnya kedua tangan Luna yang melingkar di pinggang, lalu El mengurai pelukan mereka sehingga Luna menatap laki-laki itu dengan ekspresi tanda tanya.

Luna melihat tangan kanan El yang terjulur. Menyentuh keningnya, turun ke hidung dengan gerakan pelan, membuat ia seketika memejamkan mata bersama dengan sengatan kecil pada aliran darahnya.

Jemari itu menelusuri pipi Luna satu persatu. "Mulai sekarang ...."

Ketika sudah puas bermain di pipi, jemari El turun menuju dagu Luna lalu mengapitnya dengan ibu jari dan telunjuk. Kemudian, ia gunakan untuk membuat kepala Luna menengadah menghadap dirinya.

Kelopak mata indah itu terbuka dan netra hazel menyambut tatapannya.

"Lo milik gue." Jempol El yang berada di dagu Luna bergerak untuk mengelusnya pelan. "Dan gue enggak bakalan biarin siapa pun nyakitin milik gue."

Sorot mata El menajam. "Siapa pun itu."

~

"Lo mau pulang? Ayo, gue anterin!" Acha tidak tega melihat wajah pucat pasi Rachel. Padahal, kejadian di kantin sudah berlalu namun gadis cantik itu masih tampak trauma entah karena apa.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang