Karena kehadiranmu adalah penyembuh,
di saat hidupku hampir runtuh,
memeluk kepingan hatiku hingga kembali utuh,
dan tak lagi merasakan rapuh.
-Evanescence-HAPPY READING, PEEPS!
~
Adakah yang menyukai hari Senin?
Kelihatannya, hampir semua pelajar membenci hari setelah weekend tersebut.
Sebagian dari mereka beralasan tidak menyukai Senin karena pagi di hari itu harus diawali dengan upacara sekolah yang membosankan. Terlebih lagi pada saat kepala sekolah menyampaikan amanatnya.
Momen-momen melelahkan tersebut semakin terasa penat saat panasnya sang surya mulai meresap ke permukaan kulit -walaupun di sana terselip vitamin D- tetap saja tidak memungkiri bahwa hal itu membuat resah. Ditambah dengan kaki yang mulai pegal-pegal disebabkan terlalu lama berdiri.
Apalagi untuk orang yang mempunyai anemia, dapat dipastikan bahwa matanya akan terasa seperti melihat kunang-kunang sedang bermusyawarah di depannya.
Dan sekarang, seorang gadis berambut pendek sedang merasakan semua hal tersebut.
Iya, dia adalah Luna.
Sudah berulang kali gadis itu mengelap keringat yang menetes dari dahi dan pelipisnya. Akan tetapi, seakan bulir itu tampak ingin membuat Luna semakin lelah, ia terus berjatuhan hingga membasahi anak rambut Luna.
Menyebalkan.
Diliriknya Kepala Sekolah sedang berdiri lurus menghadapnya, menyampaikan amanat panjang yang tampak mirip dengan gerbong kereta api. Wajah yang sudah mulai mengeriput itu terlihat tegas dan tidak risih saat siswa-siswi mulai berisik berbicara satu sama lain. Seolah-olah tidak terpengaruh, sang Pemimpin Sekolah tetap melanjutkan rentetan kalimatnya yang berisi tentang 'Bagaimana Menjadi Murid yang Teladan di Sekolah'.
Ya ampun! Kapan selesainya, sih?
Sambil menarik napas, dalih memikirkan kapan upacara akan selesai, Luna mencuri pandang ke barisan paling ujung.
Kelas 12 MIPA 4.
Netranya berpendar ke tiap-tiap wajah yang ia temui. Lalu, bola matanya di bagian hitam otomatis membesar saat menangkap sosok tampan yang memiliki tubuh sedikit lebih tinggi dari teman-teman sekelas tersebut.
Hidung bak perosotan itu sedang mengernyit ketika cahaya matahari tepat mengenai wajah dirinya. Keadaan El tak jauh berantakan dari Luna, keringat yang mengalir di area pelipis dan dahi juga turut membasahi wajahnya.
Tapi sialnya, kenapa bulir itu malah membuat kharisma El menjadi bertambah berkali-kali lipat?
Mendadak panas menyengat, kaki yang
terasa pegal, serta ocehan Kepala Sekolah seakan menghilang. Sekarang, keresahan itu berganti dengan rasa terpesona yang membuat detak jantungnya berlomba.Luna menggigit bibir bawahnya di bagian dalam, menahan napas beberapa detik serta mata tanpa kedip ketika melihat El mengibas seragamnya di bagian dada. Kepanasan.
Bibir mungil itu sedikit maju ke depan, tampak menghembuskan napas berulang kali dengan pipi yang kembang kempis.
Kenapa dia jadi semenarik itu, Gusti!
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescence (END)
Teen FictionBELUM DI REVISI! -UPDATE SETIAP HARI SENIN, RABU DAN SABTU- Evanescence berasal dari bahasa Jermanik yang berarti "kehilangan". Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis belia yang baru saja berusia 19 tahun bernama Luna. Dengan s...