54.VIERUNDFÜNFZIG

261 28 34
                                    

Di netra itu, kudapati diriku kembali menyelam
juga tenggelam pada sebuah rasa yang tidak kunjung padam.
Aku ...
merindukanmu.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

Drrrrtt

Laki-laki itu mengernyit. Siapa yang mengiriminya pesan di saat jam pelajaran sedang berlangsung?

El mengambil ponselnya dan membuka aplikasi whatsapp.

Luna
Temuin gue di halaman belakang sekolah sewaktu istirahat.

El membaca pesan dari Luna dengan jantung yang berdegup kencang sehingga membuat dirinya refleks memegang dada.

Mata itu berkedip speechless seraya membaca pesan Luna berulang kali.

Luna ... sudah kembali?!

Netra kelam El yang semulanya redup kini berbinar diiringi kedua sudut bibir melengkung ke atas membentuk senyuman sumringah yang sudah jarang ditampakkan semenjak Luna menghilang tanpa kabar.

Jangan tanyakan seberapa bahagia perasaan El saat ini. Dirinya benar-benar sangat bahagia!

Jemari itu mengetik cepat keyboard di ponsel, membalas pesan Luna dengan senyum yang tidak luntur.

El
Okeee! See you!

Setelah mengirim balasan, El kembali menyimpan ponselnya di kolong meja lalu kembali fokus pada buku pelajaran.

~

Membaca balasan dari El membuat hati Luna lega.

Dia pikir, El sudah tidak ingin berbicara dengannya karena Luna sudah berhari-hari menghilang tanpa ada satu pun kabar untuk laki-laki itu.

Dengan hati yang berbunga, Luna melanjutkan kegiatannya menyalin pelajaran dari papan tulis yang sempat terhenti.

~

Tanpa terasa waktu cepat berlalu. Padahal baru saja Luna merasa mengajak El bertemu di halaman belakang sekolah saat istirahat dan akhirnya sekarang dia sedang berjalan menuju tempat itu dengan sedikit gugup.

Sudah lama tidak bertemu dengan El membuat Luna merasa sedikit asing dan juga canggung.

Semoga nanti El mengerti dirinya yang kaku ini.

Luna melangkahkan kakinya pelan ketika sudah mulai masuk ke halaman. Netra itu bergerak mencari keberadaan sosok yang dia cari sembari melanjutkan langkah.

Lalu, Luna dapati El sedang berdiri di depan ilalang yang lebih tinggi dari dirinya.

Senyum gadis itu perlahan terbit.

Padahal, Luna baru melihat punggung El dan itu pun dari jarak yang lumayan jauh. Akan tetapi, euforia itu tidak dapat disembunyikan.

Langkah Luna menjadi sedikit lebih cepat selaras dengan detak jantungnya kini.

Ya Tuhan, dirinya benar-benar merindukan laki-laki tampan itu!

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang