22.ZWEIUNDZWANZIG

492 61 226
                                    

Jangan pernah terpaku pada masa lalu.
Karena ada masa depan yang harus dipacu.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

"Lo ..." Suara Luna tercekat, telunjuk gadis terangkat menunjuk sosok laki-laki yang berdiri santai di depannya.

"Hi! I miss you so much, Una."

Luna menelan salivanya dengan susah payah. "B-Bryan?!"

Ya, laki-laki itu bernama Bryan. Pacar dari kakaknya, Rachel.

Dan juga, sahabat Luna sejak mereka SMP.

"Yeah, it's me," kata Bryan sambil melangkah mendekati gadis di depannya yang sedang terpaku.

Tap

Setelah sampai, Bryan menyunggingkan senyuman manisnya lalu menepuk puncak kepala Luna beberapa kali. "I miss you, Baby. Lemme hug you again then." Bryan merentangkan kedua tangannya.

Luna berkedip mencoba menyadarkan diri dari keterkejutannya. Karena jujur, Luna tidak pernah berpikir bahwa ia akan bertemu lagi dengan sahabat kecilnya itu. Terlebih mereka sudah lost contact sejak 2 tahun yang lalu saat Bryan mengumumkan bahwa Rachel ada pacarnya dan ditambah lagi laki-laki itu langsung pergi ke Jepang untuk melanjutkan study.

"Una?" panggil Bryan.

"Gimana bisa lo ada di sini?" Luna akhirnya membuka suara setelah diam beberapa saat. Nada suara Luna terdengar ketus, selaras dengan raut wajahnya yang kini kembali datar.

Bryan menaikkan kedua alisnya, tidak menyangka akan mendapatkan respon yang dingin dari gadis yang ia rindukan selama ini.

"Una, gue kangen sama lo. Gue bela-belain ngemis ke satpam supaya bisa masuk ke sekolah ini cuma buat ketemu lo. Dan ... ini respon yang gue dapat?" lirih Bryan kecewa, bahunya merosot turun serta menatap Luna dengan tatapan terluka.

Luna menolehkan kepalanya ke samping, enggan membalas tatapan Bryan.

Luna terlalu kecewa dengan apa yang Bryan lakukan selama ini. Bryan meninggalkannya di saat Luna berada dalam titik terendah dalam hidupnya dan bahkan Bryan juga tiba-tiba menjalin hubungan dengan gadis yang paling Luna benci sebelum laki-laki itu pergi ke Jepang.

Luna selalu menunggu kabar dari Bryan waktu itu, masih menaruh secercah harapan kalau Bryan tidak melupakannya.

Tapi, hari demi hari berlalu. Bryan tak kunjung memberikan kabar walau hanya sebatas lewat pesan singkat. Hal itu membuat Luna memutuskan untuk benar-benar membuang segala hal tentang Bryan dalam kehidupannya, dan di saat itu pula Luna bertekad tidak akan pernah percaya lagi dengan siapa pun.

Karena, semua akan hilang pada waktunya.

"Una ..." Bryan mengambil kedua tangan Luna kemudian menggenggamnya erat.

Namun, beberapa detik setelahnya Luna melepaskan genggaman Bryan, menatap laki-laki di depannya dengan pandangan dingin.

"Jangan pernah muncul di hadapan gue lagi, Bryan. Gue udah muak sama lo. Dan, gue juga udah buang semua hal tentang kita semenjak lo memutuskan untuk menjadi pacar orang yang paling gue benci," jelas Luna panjang lebar dengan satu tarikan nafas, menyalurkan emosi yang ia pendam selama ini.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang