33.DREIUNDDREIßIG

374 47 111
                                    

Bagaimana bisa memaksanya untuk terus terbang,
jika sedari awal sayapnya sudah cacat?
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

Luna menekan sembarang tombol di remot TV, menatap layar kotak itu tanpa minat, kaki kanannya ia letakkan di atas bantal.

Saat ini Luna sedang di kamar Bryan, bersantai sambil makan camilan yang ada di kulkas laki-laki itu.

Luna masih ingat jelas pesan Bryan sebelum ia pergi.

"Anggap ini apartemen lo sendiri. Ambil apa aja yang ada di kulkas sebanyak yang lo butuhin. Kalau ada yang lo mau beli, bisa telepon gue biar gue yang beliin."

Sahabat kecilnya itu selalu over protective kepadanya, ditambah lagi ruang gerak Luna dibatasi seperti dalam hal memasak atau berberes rumah dengan alasan Luna masih kecil, tidak jago dalam aktivitas orang dewasa.

Hei, padahal jarak umur mereka hanya terpaut dua tahun tapi Bryan tetap menganggap Luna seperti bocah SD.

Gadis itu menguap sebab tidak ada tontonan yang mampu membuatnya tertarik, lalu Luna mengambil ponselnya yang berada di samping kanan dan menyalakannya.

"Loh? Baterainya habis ternyata," gerutu Luna.

Dengan langkah malas Luna beranjak mengambil pengecas kepunyaan Bryan yang ada di dalam laci kemudian mencolokkannya ke stop kontak di dekat kasur.

Setelah selesai dengan ponsel, Luna merapikan tempat tidur yang sempat berantakan karena beberapa menit yang lalu Luna sempat berguling-guling bosan di atasnya.

Saat kasur dengan king size itu sudah rapi, Luna mengambil sisa camilan lalu menghabiskannya kemudian membuang bungkus kosong itu ke dalam tong sampah.

Ketika ia berjalan kembali ke kasur, Luna melihat ponselnya yang terletak di lantai. Entah kenapa hatinya tergerak untuk menghidupkan ponsel itu.

Kemudian, Luna berjongkok seraya menekan tombol power pada ponselnya.

Mata gadis itu membola saat mendapati banyaknya pesan masuk serta panggilan tak terjawab. Dan semua itu dengan nama kontak yang sama, El.

"Kok dia niat banget?" monolog gadis itu, merasa heran.

Penasaran, akhirnya Luna membuka roomchat El dan membaca isi pesannya.

Ekspresi Luna menjadi pias, dilihatnya jam sekarang yang menunjukkan tepat pukul sebelas malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ekspresi Luna menjadi pias, dilihatnya jam sekarang yang menunjukkan tepat pukul sebelas malam.

Panik, Luna segera menghubungi laki-laki itu.

Tuuutt

Luna menggigit bibir bawahnya, berharap cemas semoga El mengangkat telepon darinya.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang