Ketika atma itu benar-benar terenggut paksa,
ada rasa sesal yang masih tersisa.
Berharap semua kembali seperti semula,
walau hanya sebatas angan semata.
-Evanescence-HAPPY READING, PEEPS!
~
Derap langkah kaki yang menghentak lantai marmer membuat gadis berparas cantik tertegun. Pergerakan jemari lentik yang ingin mengambil susu kotak di kulkas itu terhenti.
Dengan detak jantung yang berdentum keras, jemarinya perlahan mengepal kaku dan kembali menegakkan badan seraya menutup pintu kulkas.
Keringat dingin yang membanjiri kedua pelipis Rachel menetes disertai bibir memucat.
Langkah kaki itu semakin terdengar jelas, sejelas deru napas Rachel yang memburu.
Jemari Rachel gemetar dibalik kuatnya kepalan tangan.
Tuhan, Rachel belum siap menghadapi amarah Papa.
Ingin sekali Rachel kabur dari situ, berlari sejauh mungkin agar tidak dapat dijangkau oleh Rei. Tapi ... mana mungkin?
"Ternyata kamu sudah sembuh, ya, Rachel." Suara bariton yang masuk ke dalam indra pendengaran gadis itu membuat keberaniannya seketika runtuh.
Rachel takut, dirinya harus bagaimana sekarang?
Ia menutup kelopak mata seraya menipiskan bibir. "Iya, Pa." Bahkan, nada suara Rachel terdengar bergetar.
Tubuh mungil itu masih setia membelakangi papanya. Terlalu takut untuk berhadapan langsung dengan Rei.
"Baguslah. Ayo ikut ke ruangan Papa, sekarang!"
Perintah yang tidak dapat ditolerir membuat Rachel kembali bungkam beberapa saat.
Adrenalinnya benar-benar terpacu, saat-saat seperti ini lah yang Rachel benci.
"Baik, Pa."
~
Di dalam ruang kerja yang lumayan luas, Rei duduk di kursi kerjanya sedangkan Rachel berdiri tak jauh dari Rei.
Menunduk takut dengan telapak tangan yang berkeringat dingin saat sorot tajam itu menghunus dirinya.
"Papa dapat kabar dari sekolah kalau nilai ulanganmu minggu lalu tidak dapat nilai seratus. Apa itu benar, Rachel?"
Rachel diam-diam menghela napas. Walaupun dirinya baru sembuh dari sakit, dia sudah menduga bahwa Rei tetap tidak akan melupakan apa yang terjadi pada ulangannya.
Rei itu selalu teliti. Tidak pernah melewatkan sedikit pun celah yang datang.
"Jawab Papa, Rachel!"
Gadis itu terjengit dan refleks mendongak membalas tatapan sengit dari papanya disertai mata yang berkaca-kaca.
"Pa ... maafin Rachel. Rachel memang benar-benar ceroboh waktu itu. Tapi ... tapi Rachel bakalan berusaha lebih giat lagi agar nilai ulangan yang lainnya dapat seratus, Pa." Dia mencoba menenangkan sang papa walau terdengar mustahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescence (END)
Teen FictionBELUM DI REVISI! -UPDATE SETIAP HARI SENIN, RABU DAN SABTU- Evanescence berasal dari bahasa Jermanik yang berarti "kehilangan". Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis belia yang baru saja berusia 19 tahun bernama Luna. Dengan s...