85.FÜNFUNDACHTZIG

327 26 12
                                    

Memang tidaklah mudah,
namun, bukan berarti aku menyerah.
Sebab ragaku tidak mengenal pasrah.
Maka, akan kubuat ujung jalan yang indah.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

Umurnya akan bertambah dalam satu jam yang akan datang. Dan gadis beriris hazel itu masih terjaga dalam tidurnya.

Sembari menatap langit-langit kamar. Ia mencoba untuk tidak tertidur sampai jam dua belas malam tiba.

Alasannya hanya satu.

Berharap El datang untuk memberikan sebuah kejutan.

Memang terdengar mustahil. Namun tidak apa. Luna hanya melakukan apa yang bisa ia lakukan selagi menunggu El kembali.

Detak jantung Luna berdentum lebih cepat. Entah kenapa ia mendadak merasa gugup.

Dirinya sudah menyiapkan diri agar tidak pingsan atau pun melakukan hal memalukan lainnya ketika El benar-benar datang malam ini.

Gadis itu tersenyum lebar untuk pertama kali dalam sebulan ini. Kedua tangan yang saling bertaut di atas perut itu terasa dingin karena gugup.

Padahal, ia hanya membayangkan. Tapi, kenapa rasanya sungguh nyata?

Lalu, pikiran Luna melayang tentang bagaimana penampilan El. Apakah selama mereka berpisah, El merubah penampilannya?

Ataukah sama seperti dulu?

Bagaimana dengan tatapannya? Apakah tetap teduh seperti saat mereka bersama?

Apakah laki-laki itu semakin tampan?

Oh, tidak mungkin. Karena Luna selalu melihat El sebagai laki-laki tertampan di matanya.

Tiba-tiba ia mendengkus geli. Hanya dengan kurung waktu sebulan saja dirinya sudah seperti ini.

Tanpa terasa karena terlalu sibuk memikirkan sang pacar, jarum jam beberapa menit lagi menunjukkan angka dua belas.

Luna terbelalak lalu bangkit dari rebahan. Ia berlari kecil ke meja rias kemudian menyisir rambutnya yang kusut. Gadis itu juga memoleskan bedak tipis dan juga liptint agar tidak terlihat pucat.

Ia kembali melihat jam dinding.

Sudah tepat di angka dua belas.

Luna terpekik tertahan. Gadis dengan piyama berwarna abu-abu tersebut mondar-mandir sembari menggigit bibir bawahnya.

Apakah El benar-benar datang?

Duk!

Luna yang sedang sibuk dengan pikirannya tiba-tiba dikejutkan dengan bunyi yang berasal dari balkon kamar.

Ia memasang raut was-was. Takut jikalau ada orang berniat jahat mencoba memasuki kamarnya.

Akan tetapi, beberapa detik kemudian ia teringat.

Bagaimana kalau itu adalah El yang ingin memberikan dirinya surprise?

Kedua sudut bibir Luna terangkat ke atas dengan sempurna. Gadis itu berjalan sedikit cepat menuju balkon kamarnya.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang