63.DREIUNDSECHZIG

211 22 26
                                    

Terkadang,
manusia terlalu takut untuk melangkah ke depan bukan karena tidak ingin keluar dari zona nyaman.

Akan tetapi, karena tidak ingin menemukan luka baru dan menempatkannya pada goresan yang bahkan belum kering.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

Pekikan Rachel memanggil namanya membuat Luna berbalik badan, lalu mengangkat satu alis sebagai bentuk tanda tanya.

Kenapa?

Tentu saja teriakan itu mengundang rasa penasaran siswa-siswi di sana, sehingga mereka menghentikan aktivitas dan memilih untuk menonton dua siswi cantik yang mempunyai penampilan bertolak belakang tersebut.

Atensi Luna masih kepada Rachel yang sudah berdiri dalam jarak sekitar tiga langkah di depannya.

Netra hazel itu melirik tangan kakaknya yang mengepal. Kemudian, beralih kembali menatap Rachel dengan penuh kebingungan.

Sedangkan Rachel masih mengatur adrenalin yang memacu. Seraya menajamkan pandangan, Rachel menatap tubuh Luna yang terbungkus Hoodie.

Keadaan hening dalam beberapa saat, mereka saling menatap tanpa berniat mengeluarkan suara.

Nabilla yang baru saja memasuki kantin, otomatis memberhentikan langkahnya. "Mereka berantem lagi?" Gumam gadis itu.

Rachel mendekat selangkah. "Lo ingat ucapan gue di danau kemarin?"

"Yang mana?" beo sang adik. Kelopak mata itu menerjab.

Rachel kembali melangkahkan kakinya hingga jarak mereka terkikis. Gadis itu mencondongkan badan tepat di samping wajah Luna. "Tentang gue yang bakal nyakitin lo terus-terusan. Ingat?" bisiknya.

Tubuh Luna mematung. Dengan yang sedikit tersendat karena mendadak rasa perih menjalar ke dalam hatinya.

Luna menelan salivanya. Ia sama sekali tidak takut dengan kalimat tersebut, tapi Luna hanya tidak mau terlibat pertengkaran lagi dengan Rachel.

Jujur saja, Luna sudah lelah.

Rachel menyunggingkan senyuman miring. "Kalimat itu akan gue buktikan sebentar lagi, Luna." Ia perlahan menjauhkan diri lalu melangkah mundur.

Rachel berbalik, menghadap seluruh siswa-siswi yang sedang menonton mereka. Senyuman miring masih tersemat di wajah eloknya.

"Gue ada berita menyenangkan buat kalian semua." Rachel mulai membuka suara dengan nada lantang. Matanya mengabsen satu persatu murid.

Jantung Luna berdebar diselimuti rasa penasaran dan juga sakit secara bersamaan. Akan tetapi, dirinya tetap bungkam menunggu apa yang akan Rachel perbuat kali ini.

Semua orang yang ada di situ mulai berbisik, merasa heran karena hal ini sangat jarang terjadi. Apa lagi untuk seorang Rachel yang tidak pernah terlibat masalah di sekolah.

Ucapan Rachel pun tidak lepas dari perhatian Acha. Gadis tomboy itu menjadi gelisah. Sebab, sebelum Rachel menemui Luna, Rachel tampak begitu tertekan.

"Lo pada lihat, kan, cewek pakai Hoodie hitam di belakang gue?" Rachel bersidekap.

"Sebenarnya ... dia adik kandung gue," jelas Rachel.

Suasana di kantin mulai ricuh. Banyak yang bertanya kenapa selama ini identitas Luna disembunyikan.

Sedangkan Acha dan Nabilla menganga. Kenapa Rachel membuka rahasia yang keluarganya simpan rapat-rapat?

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang