77.SIEBENUNDSIEBZIG

208 20 2
                                    

Roda akan terus berputar.
Jika hari ini kau merasa sedih,
nanti akan ada masanya kesedihan itu berganti dengan kebahagiaan.
Begitu pun sebaliknya.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

Baik Nabilla atau Acha memasang raut bertanya saat melihat Luna, Rachel, dan El masuk ke kelas bersama-sama. Mereka tampak bahagia dengan binar di matanya.

Ketiga orang itu saling melontar canda sebelum Luna akhirnya kembali ke kelasnya. Gadis itu juga sempat melihat ke arah Nabilla lalu menebarkan senyuman lebar, yang membuat Nabilla membalasnya dengan senyuman tak kalah lebar walau netra itu menyorot bingung.

Ada hal besar apa yang telah Nabilla dan Acha lewatkan?

Rachel berjalan menuju kursinya yang berada di sebelah Acha.

Acha tetap menyorot gadis itu sampai ia berhasil duduk di sana. "Chel! Tumben?"

Sang sahabat menoleh seraya menyunggingkan cengirannya. "Gue udah baikan!" seru Rachel sembari merentangkan tangan lalu memeluk Acha erat.

"Gue seneng banget, Cha! Akhirnya moment yang gue tunggu-tunggu datang juga!" pekiknya tertahan.

Baik Acha atau Nabilla yang sedang duduk di dekat mereka melebarkan mata.

"Seriusan?" timpal Nabilla tanpa sadar.

Rachel melepaskan pelukannya kemudian beralih menatap Nabilla dengan sorot yang sama. "Iya! Ini juga berkat bantuan lo! Makasih, ya, Nabilla!" Ia merekahkan senyuman tulus.

Nabilla menerjab, untuk beberapa saat ia terdiam sebelum akhirnya menyodorkan tangan kanan di depan Rachel dengan senyuman canggung. "Selamat, ya. Dan ... itu bukan karena gue juga, kok."

Sedang Rachel menatap tangan itu. Suasana yang diberikan Nabilla membuatnya menjadi ikutan canggung.

Si gadis tomboy berdecak sebal. Kenapa suasana di antara mereka menjadi sekaku ini, sih?

"Apa, deh? Berasa kayak temen baru aja!" sungut Acha. Lalu, ia mengambil tangan kanan Nabilla dan menyuruh gadis itu beranjak dari tempat duduk.

Nabilla menurut. Setelah mereka berdekatan, Acha memeluk keduanya. "Gue bangga sama kalian!"

Di sisi lain, El melihat persahabatan yang sempat renggang tersebut dengan senyuman kecil di wajahnya. Ia jadi berpikir, jika Luna ikut masuk ke dalam lingkungan Rachel pasti pacarnya tidak akan merasakan kesepian lagi jika dirinya sedang tidak berada di samping gadis itu.

~

Semua hal berjalan lancar dan menyenangkan. Ditambah lagi dengan bergabungnya Luna ke dalam persahabatan Rachel —El yang memaksa gadis itu ketika mereka sedang berkumpul di kantin— membuat suasana menjadi lebih baik walau awalnya Luna masih kaku saat berinteraksi dengan Acha.

Tanpa sadar setelah melewati berbagai mata pelajaran yang membuat pusing, bel pulang sekolah berbunyi.

Dengan segera Rachel menyusul El yang sudah mau beranjak dari kelas.

"El!"

Laki-laki itu berhenti seraya menoleh ke belakang.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang