84.VIERUNDACHTZIG

300 27 2
                                    

Ketika kebahagiaan itu terdorong lalu jatuh jauh beriring luka,
yang tetap setia hanyalah sebuah fakta bahwa mereka tidak dapat bersama selamanya.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

Hari demi hari ia lewati tanpa adanya sebuah tarikan pada kedua sudut bibir ranum yang dulunya setia menebarkan senyuman.

Terlalu lelah untuk terus mencari, juga sudah terlalu dalam untuk pergi.

Tidak terasa sudah satu bulan dirinya masih tetap bernapas tanpa merasakan bahwa sang atma turut ikut serta di dalam raga.

Apakah ia tidak bersyukur?

Entahlah.

Hanya saja ... ia terlalu mencintai.

Ia kira ... kehadiran sosok itu akan terus mengisi kekosongan dalam dirinya.

Menghadirkan gelak tawa di bibirnya.

Menyuguhkan kedamaian abadi dalam relung jiwanya.

Akan tetapi, ternyata semua itu hanyalah sebatas angan tak sampai baginya.

Tanpa sadar ia berlari terlalu jauh. Sampai-sampai tidak peduli, bahwa sewaktu-waktu bisa saja dirinya terjatuh lalu terluka.

Hadirnya yang begitu singkat namun pekat menjadikan hatinya terikat tanpa sekat.

Dia ... memang terlalu berarti.

Luna memeluk kedua lututnya sembari menyandarkan punggung ke dinding kamar yang terasa dingin.

Pandangan gadis itu menghunus lantai marmer dengan pikiran melayang jauh melintasi ruang bahagia yang ia sebut dengan kenangan.

Tawa itu ...

Canda itu ...

Genggaman itu ...

Mengapa sampai sekarang masih saja berdiam diri dalam benaknya?

Tidakkah cukup rasa sakit yang ia derita? Mengapa harus ditambah dengan kenangan akan seseorang yang tampak mustahil untuk kembali?

Luna sudah lelah menunggu. Harus berapa lama lagi ia menanti?

Tok tok tok!

Terdengar suara ketukan di pintu kamar untuk ke sekian kali yang Luna yakini bahwa Rachel dan Bryan adalah alasan dibaliknya.

Bukannya tidak peduli, hanya saja Luna sedang ingin menyendiri.

Entah sampai kapan.

"Luna! Lo enggak boleh kayak gini terus! Lo harus bangkit, Lun! Kita bisa kuat sama-sama!"

Rachel berteriak dari luar.

Luna menggeleng. Yang ia inginkan sekarang hanyalah suasana sepi agar dirinya bisa merasakan sedikit ketenangan.

Kenapa mereka tidak membiarkan hal itu terjadi?

Lagi pula, Luna masih memikirkan kondisi tubuhnya. Ia sama sekali tidak mogok makan dan selalu mandi dua kali sehari seperti biasanya.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang