37.SIEBENUNDDREIßIG

336 48 88
                                    

Hati itu sudah seperti kamera.
Jika ia telah fokus ke satu titik,
maka yang lainnya akan tampak buram.
-Evanescence-

HAPPY READING, PEEPS!

~

"Rachel masih belum sadar, Bryan." Agatha berjalan melangkah masuk ke dalam ruang serba putih, mendekati Bryan yang sedang duduk di samping ranjang Rachel.

Mata wanita itu terlihat bengkak disertai sorot matanya sayu. Bahkan, Agatha yang biasanya selalu mementingkan penampilan, kini tampak kacau dengan baju sepotong berwarna peach yang kusut ditambah lagi rambut yang biasa terurai itu sekarang hanya dicepol asal.

Bryan tersenyum sopan menyambut kedatangan Agatha lalu berdiri dan menyalami tangan wanita itu. "Pagi, Tan."

"Pagi. Tante kira kamu masih di Jepang, gimana kabarmu?" tanya Agatha mencoba berbasa-basi kepada laki-laki bule di depannya.

Bryan menampilkan senyumannya. "Baik, Tante. Gimana juga kabar Tante dan Om?"

Agatha tersenyum kecut, mengingat Rei membuat suasana hatinya jadi buruk, lagi.

Sejak pertengkaran mereka di rumah sakit sampai sekarang Rei tidak pernah menampakkan kehadirannya.

Apa Rei tidak peduli dengan keadaan anaknya yang sedang berjuang melawan rasa sakit?

"Kami baik-baik saja, Bryan."

Laki-laki itu mengangguk paham. "Syukurlah kalau gitu. Oh iya, Tan, Bryan ada bawa oleh-oleh buat Tante sekeluarga." Bryan berjalan menuju sofa, mengambil empat paper bag kemudian memberikannya kepada Agatha.

Agatha menerima bingkisan itu dengan senyum cerah. "Makasih banyak, Sayang. Dari dulu kamu selalu royal ke kami," puji Agatha gamblang yang direspon cengiran oleh Bryan.

"Sama-sama, Tante. Itu udah Bryan kasih nama di masing-masing paper bagnya, ada buat Tante, Om, Rachel, dan juga Luna." Nada bicara Bryan terdengar tegas saat menyebut nama Luna.

Wanita itu mengernyit saat menyadari perubahan kecil dari Bryan ketika ia menyebut nama anak bungsunya. Akan tetapi Agatha memilih tak acuh dan mengenyahkan segala pikiran negatif yang muncul di otaknya.

"Baiklah. Tante akan berikan ini ke mereka satu-satu, ya?"

Entah kenapa suasana yang hangat tadi berubah menjadi sedikit canggung.

"Iya, Tante. Pastikan hadiah dari Bryan nyampai ke mereka juga, ya. Bryan tunggu, loh ..." cetusnya seraya tersenyum kecil, manik amber Bryan menatap Agatha dengan dalam.

Agatha mengangguk pelan, ia terkekeh canggung karena merasakan tatapan Bryan yang tampak berbeda. "Oke, Ganteng."

~

El dan Luna kini sedang berada di teras dengan posisi duduk yang berhadapan. Luna menemani El menghabiskan buburnya sambil nyantai menikmati panas sehat sebelum jam sembilan pagi.

Luna berdecak dengan pandangan jengah, dagunya ia letakkan di telapak tangan kanan yang berada di atas meja, Luna merasa bosan mendengar rentetan kalimat protes dari El tentang bubur yang ia masak.

Evanescence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang