104

11.2K 2.1K 433
                                    

P.S: Hope you enjoy it and will be appreciated it if you guys can give a vote and comment. Thanks & Happy reading.:)

"All I need is to wake up with you lying beside me. All-day. All night. Everyday."

—Ewan Marshall Wellington.

            Lidya tidak mengalami disability mendadak, ia juga tidak lumpuh tapi seluruh pelayan Ewan memperlakukan ia seakan-akan Lidya lumpuh dan lemah. Iya, ia merasa tidak bisa berjalan dengan sempurna seperti biasa namun hal itu dikarenakan ia mengalami koma terlalu lama. But, dokter Thalia sudah bilang bahwa segalanya akan kembali normal setelah ia melatih jalannya.

            Setelah memasuki rumah, Alfredo dengan senang hati mengantar Lidya keruang makan. Saat Alfredo membuka pintu penghubung ruang makan, mereka bisa melihat seorang anak laki-laki yang berlari kearah mereka.

            "Mommy!!"

            Luca memeluk kaki Lidya, melepasnya sejenak dan memegang tangan Lidya sambil melompat-lompat."Mommy, Mommy! Ayo makan bersama Luca."

            "Lihat, aku sudah meminta Alfredo untuk menyiapkan semua makanan—" Lucas terdiam dan berhenti melompat, dengan rasa bersalah ia menoleh kearah Lidya sambil menggigit tangannya."Mommy, Luca tidak tahu apa makanan kesukaan Mommy, jadi Al menyiapkan..semua makanan kesukaan Luca."

            Lidya tersenyum.

            "Kalau mommy beritahu apa makanan kesukaan Mommy, Luca akan—"

            Sebelum Luca melanjutkan perkataannya, Lidya berlutut dan mendaratkan sebuah kecupan di dahi Luca  seolah-olah ingin memberitahu anak itu bahwa  makanan kesukaan Lidya tidaklah penting. Karena bagi Lidya, ia bisa memakan apapun bersama dengan putera-nya.

            Ia mengelus rambut Lucas dan bertanya,"apa makanan kesukaan Luca?"

            "Hm..." Luca miringkan kepalanya seolah berpikir lalu tersenyum lebar,"Pizza, pasta dan...ehm, steak."

            "Steak?"

            Luca mengangguk.

            "Kau masih terlalu kecil untuk menyukai steak, lagipula steak itu terlalu keras bukan?" Lidya menoleh kearah Alfredo dan mengangkat alisnya seolah bertanya kearah pria itu."Dan bagaimana—"

            "Karena itu makanan kesukaan papa. Kata papa steak sangat enak dimakan bersama dengan Red wine," jawab Luca sok pintar. Ia berusaha memperlihatkan kepada Lidya pengetahuan yang didapatnya, namun tidak lama  kemudian Luca menoleh kearah Alfredo."Al, apa itu Red Wine?"

            Baik Alfredo maupun Lidya berusaha menahan tawa-nya.

            Sementara itu, Luca melipat kedua tangannya didepan dadanya seolah berpikir,"Papa bilang wine itu sesuatu manis yang hanya bisa diminum oleh orang yang sudah beranjak dewasa." Lalu Luca menggenggam tangan Lidya lagi."Luca tidak tahu itu apa Mommy, tapi Luca tahu itu cairan yang suka diminum papa setiap malam."

            "Setiap...malam?"  Tanya Lidya

            Lucas mengangguk.

            "Papa jarang makan tapi selalu banyak minum, katanya supaya sehat dan bisa tertidur pulas," jelas Luca."Nah, karena mama sudah pulang bisakah kita makan bersama? Papa jarang makan bersama Luca karena selalu bekerja."

            Sebuah rasa pahit terasa di tenggorokan Lidya, ia tidak suka membayangkan bahwa selama kepergiannya Lucas diam-diam merasa kesepian. Ia menelan segenggam rasa tidak ingat itu dan berusaha mengenyahkannya. Lidya tersenyum dan mengelus kepala Lucas yang lembut,"Kapanpun kau ingin makan, Mommy akan menemanimu, begitupula dengan papa."

His TemptressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang