"Jadi, kau akan melepaskannya?" tanya Max ulang. Karena sudah lima belas menit ia bertanya, namun Ewan tidak menjawab pertanyaannya. Max memajukan tubuhnya dan bertanya, "Kau melamun, Ewan?"
Ewan tersentak dari lamunannya. Ia menoleh kearah kiri dan kanan, kemudian Ewan menyadari kalau ia masih berada di dalam ruangan kantornya. "Apa... Apa yang barusan kau katakan?" tanya Ewan bingung.
"Ewan?" tanya Max. "Kau kenapa?"
Ewan menoleh sekali lagi ke seluruh ruangan dan ia tidak melihat hujan sama sekali, ia tidak melihat wanita itu dihadapannya. Terlebih lagi, ia menyadari kalau barusan ia hanya bermimpi. Mimpi sesaat karena ia terlalu lelah dengan semua masalah ini?
Ewan menghela nafas panjang. Ia merasa sudah gila.
Ia menatap kearah Max dengan bingung, "Aku tidak menginginkannya lagi, Max. Aku ingin dia mengerti kalau aku bukan orang yang sama, aku ingin dia tahu kalau bukan hanya dia saja yang ada didalam kehidupanku."
"Apakah itu yang benar-benar kau inginkan, Ewan?"
Ewan tidak tahu.
Ia menghela nafas kembali. Kali ini ia merasa sangat bodoh dengan ucapan yang baru saja diucapkannya. "...Aku tidak tahu..." bisik Ewan pelan. Bodoh kalau ia berpikir Max tidak mendengarnya, pada kenyataannya Max mendengar bisikan lirih itu.
"Kalau kau tidak menginginkannya lagi, kami semua bisa membuat wanita itu menjauh darimu, Ewan." Max menekankan tangannya keatas meja. "Tapi pada kenyataannya semua tidak seperti itu. Iya kan?"
Ewan menatap Max.
"Aku sudah lebih bisa mengatasi perasaanku sekarang, Maxie." Ewan menarik nafas berulang kali sebelum kembali berkata, "Seberapa besar aku menginginkannya, dia tidak perlu mengetahuinya, Max. Aku akan mendapatkannya kembali, kali ini dia yang akan berlari kearahku, bukannya aku, Max."
Ketika Max ingin mengucapkan sesuatu, mendadak pintu terbuka lebar dan Ewan langsung menatap Eugene yang masuk tiba-tiba. Ia mengernyit kearah Eugene. "Gene, ada apa?" tanya Ewan.
"Aku tidak ingin mengganggumu. Tapi kau harus lihat ini." Eugene berjalan maju melewati Max sambil membawa surat kabar ditangannya. Kemudian meletakkannya diatas meja. "Berita ini sudah menyebar, Ewan. Aku baru mengetahuinya lima belas menit yang lalu. Dan pihak Daily news menolak untuk menarik berita itu."
Ewan mengambil surat kabar itu dan membacanya.
'Benarkah Ewan Marshall Wellington merupakan hasil dari perselingkuhan yang dilakukan oleh Maria Wellington?'
Dengan penasaran Max ikut membaca artikel itu juga dan matanya terbelalak. "What the—" Max tidak melanjutkan ucapannya. "Apa mereka sudah gila?!"
"Berita ini sudah menyebar, Ewan, dan kau harus mengklarifikasi berita ini agar tidak membuat namamu buruk," tegas Eugene.
Max langsung mengambil ponsel dari sakunya, mencari kontak Kane dan menghubunginya. Ketika sekretarisnya itu menjawab telepon, Max langsung berkata, "Segera cari tahu siapa yang memberikan informasi mengenai Ewan kepada Daily News dan aku ingin berita itu dimusnahkan. Kau mengerti Kane?"
"Baik, Max," jawab Kane cepat, sebelum Max memutuskan sambungan telepon.
Lalu Max kembali menatap Ewan yang terlihat seolah tidak peduli. "Kane akan mengurus hal ini, aku akan menghubungi Aram dan Gabe kalau masalah ini menjadi lebih buruk. Lebih baik kau—"
Ewan kembali menghempaskan tubuhnya diatas kursi, ia tersenyum lebar dan dengan tenang berkata, "Sudah, abaikan saja berita itu." Ewan bersidekap, mata hijaunya tampak tidak peduli, "Pulanglah Max. Zia lebih membutuhkanmu daripada aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...