His Temptress | 68-1

98.6K 12.1K 3.3K
                                    

"Ulah Jake?"

"Jake membuat ayah dan ibumu terlibat dalam kesalahpahaman. Sayangnya, yang tidak diketahui oleh ayahmu adalah bahwa ibumu tidak pernah tidak setia. Kenapa pria penuh cinta seperti ayahmu malah membenci ibumu, wanita yang dicintainya?" Jason menggigit bibirnya. "Karena Jake memberikan video palsu mengenai adengan ranjang antara ibumu dan juga dia."

"Awalnya, ayahmu menerima, bahwa mungkin semua itu hanya rekayasa. Lalu kemudian ibumu mengandung dirimu, Ewan. Di situlah, Jake mendekati ibumu dengan cara yang pasti membuat pria manapun merasa curiga. Jake sengaja menghubungi ibumu tengah malam, mengirimi pesan dan beberapa pertanyaan simple seperti apakah kau sudah makan, apakah morning sickness mu sudah berakhir, apakah aku perlu datang kerumahmu untuk menemanimu check up ke dokter."

Ewan mengernyit bingung. "Apa dia sudah gila? Ibuku memiliki ayahku untuk melakukannya dan untuk apa dia—"

"Itulah pertanyaannya. Kenapa?" Jason menatap mata hijau Ewan dengan mata coklatnya yang redup. "Jawabannya adalah karena keinginannya untuk merusak hubungan ibumu dan juga ayahmu. Jake berpikir kalau mereka bercerai, ibumu akan kembali padanya."

"Dan apakah ibuku berencana—"

"Tidak. Joccelyn tidak membiarkan hal itu terjadi, ia mengatakan semuanya kepada ibumu dengan harapan semua ini akan membaik. Tapi sayangnya, ketika perceraian ayahmu dan juga ibumu tidak kunjung terjadi, amarah itu berganti kearah Joccelyn dan juga bayi yang dikandungnya."

"Dee?" Tanya Ewan.

Jason mengangguk.

"Untuk menahan rencana jahat Jake, Joccelyn meminta bantuanku untuk mencarikan seorang anak yang memiliki paras, tinggi badan, golongan darah dan juga umur yang sama dengan Lidya." Jason melanjutkan. "Dia melakukannya karena dia tahu suatu saat nanti, kalau dia sudah tidak ada disamping anaknya, Jake akan melakukan berbagai cara untuk membuat puterinya melakukan apa yang diinginkan pria itu."

"Kemudian ibumu meninggal karena sakit." Jason menarik nafas ketika melihat mata hijau Ewan menggelap. "Joccelyn tahu bahwa semua ini sudah terlampaui akal sehat. Ibumu sakit karena tubuhnya melemah setelah melahirkanmu, Ewan, bukan karena ayahmu. Dan ayahmu tidak mau menemui ibumu karena dia merasa harga dirinya sudah dilukai begitu dalam. Cinta yang dipikirnya tulus, ternyata dinodai."

"Tapi nyatanya ibuku tidak melakukannya!"

"Benar, tapi ayahmu tidak mengetahuinya," jawab Jason. "Tepatnya, Jake membuat ayahmu tidak mengetahuinya. Dia memberikan hasil DNA palsu bahwa kau bukanlah anaknya dan semua itu berhasil. Tapi sayangnya ketika ibumu meninggal, Jake menjadi gila. Dia merencanakan balas dendam kepada ayahmu dan itu dimulai denganmu."

Alis Ewan mengernyit tidak mengerti.

"Kau pikir kenapa kau bisa bertemu dengan Lidya? Tidakkah kau memikirkannya?" Tanya Jason. Ketika Ewan tidak menjawabnya, Jason berkata, "Karena semua ini sudah direncanakan oleh Jake. Dia ingin kau jatuh cinta pada puterinya, seperti dia jatuh cinta kepada ibumu. Lalu setelah kalian saling jatuh cinta, Jake menyuruh Lidya untuk mengambil apa yang bisa diambilnya darimu. Dan itu adalah kesalahan besar."

"Kesalahan?"

"Benar, kesalahan yang diperbuat Jake ada tiga. Satu, karena Lidya memiliki Harletta disampingnya sebagai penjaganya. Kedua, karena Lidya memang mencintaimu walaupun dia tidak mengetahui siapa kau sebenarnya. Dan yang ketiga..." Tatapan Jason melembut."...karena dia mengandung anakmu."

Cengkraman Ewan mengerat pada kursi yang didudukinya. Ia menelan saliva-nya dan mendadak ia merasa ada seseorang memukul dadanya dengan palu yang besar sehingga ia sulit untuk bernafas. "Apa... yang terjadi selanjutnya?"

"Jake mengetahui Harletta adalah salah satu penghalang yang harus disingkirkannya, dan untuk membuat Lidya patuh, dia sengaja menembak Harletta tepat dihadapan puterinya sendiri. Tapi sayangnya, kedekatan Lidya dan juga Harletta mungkin tidak bisa disandingkan dengan saudara kandung, tapi kedekatan mereka lebih besar dari itu, mereka bagaikan satu kesatuan, seperti anak kembar. Karena itulah Lidya meninggalkanmu karena ia harus menyelamatkan Harletta dan menjauhkanmu dari kegilaan ayahnya sendiri."

"Kau pikir itu mudah Wellington? Mencintaimu sekaligus membuatmu membencinya?" Tanya Jason. "Itu tidak mudah, lima tahun bukanlah waktu yang bisa dilewati Lidya tanpa merasa gila. Kakaknya sekarat karena menolongnya, tidak hanya itu saja. Selama lima tahun ini, Lidya selalu dihantui mimpi buruk. Sebuah mimpi panjang yang tidak pernah ada habisnya, itu ucapannya Wellington."

Ewan berdiri dengan serak ia bertanya, "Apakah kau... membunuh puteraku?"

"Tidak," jawab Jason cepat.

"Kalau kau berani berbohong kepadaku Jason—"

Sebelum Ewan menyelesaikan ucapannya, mendadak Amelia berkata dengan suara serak seolah menahan pedih sekaligus sakit. "Aku yang melakukannya..." Seluruh tatapan tertuju kepada Amelia, dan ketika wanita itu mengangkat wajahnya, Amelia kembali berkata, "Aku menghentikan jalannya oksigen ke paru-paru bayi itu, sehingga bayi tersebut tidak bisa bernafas..."

"Amelia!" teriak Jason menghentikan ucapan adiknya.

Amelia menggeleng. "Aku sudah tidak tahan, Jas. Jake membuat kita menjadi seorang dokter yang tidak berperasaan. Aku tidak mau lagi melakukannya...Kalau memang anakku menjadi sandera, aku merelakannya Jas. Aku tidak peduli lagi," bisik Amelia pelan sambil terisak. "Aku dokter dan aku sudah membunuh bayi yang tidak bersalah itu, Jas. Dokter macam apa aku?!"

Mendengar ucapan Amelia, Jason terdiam dan menutup mata. Jason tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti apa yang diinginkan oleh Jake, keluarganya menjadi sandera dan Jason tidak menginginkan hal buruk terjadi pada keluarganya ataupun istrinya.

Di lain pihak, Ewan hampir saja meneteskan air mata, bukan hanya karena jawaban yang begitu mengejutkannya. Tapi juga kenyataan bahwa selama ini Lidya mencintainya sama seperti ia selalu mencintai wanita itu. Dan kenyataan bahwa anaknya terlibat dalam hal bodoh seperti ini, menghancurkan Ewan dari dalam. Bagaimana dengan perasaanmu, Agapi Mou?

Mendadak Eugene mencengkram bahu Ewan dan berbisik pelan. "Pria tidak diijinkan untuk menumpahkan kesedihannya didepan musuh Ewan, kau yang mengatakannya kepadaku. Kau hanya boleh menangis ketika semua ini selesai, jadi jangan berani merusak rule yang kau buat sendiri."

"She kill—"

"Dia membunuh keponakanku," jawab Eugene. Matanya menggelap saat berkata," Dia membuatku kehilangan istriku, Ewan. Karena itulah aku ingin membunuhnya. Tadinya... aku ingin menghancurkannya sebelum kau tiba disini."

"Kalau begitu kenapa tidak kau lakukan?"

"Karena kau lebih membutuhkan jawaban dibandingkan perasaan pribadiku," jawab Eugene. "Karena kau adalah alasanku bisa bertahan selama ini, Ewan. Dan aku tidak bisa melihatmu kecewa padaku."

Ewan menoleh kearah Gene, menepis tangannya pelan,"Bereskan semuanya, Gene. Aku tidak peduli apa yang hendak kau lakukan padanya, aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan." lalu Ewan berjalan menuju pintu. Sebelum menutup pintu, Ewan berkata kepada Eugene tanpa menoleh kearah pria itu.

"One thing you should know, Gene. You're never make me disappointed. Apapun yang kau lakukan..."

TBC | 24 September 2017
Repost | 9 Mei 2020

Leave comment and vote, please?Thank you :)

P.S : sebenarnya ragu mau posting ini, soalnya takut aneh. :(

His TemptressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang