Lidya terbangun karena aroma kopi. Marshall? Ia mengusap kelopak matanya berulang kali lalu bangun dan menyandarkan punggungnya pada bantal. Ia menoleh ke seluruh ruangan namun tidak menemukan siapapun. "Marshall...?" bisiknya pelan.
Seolah terpanggil, Ewan masuk ke dalam ruangan dengan nampan di tangan kanannya. Mata hijaunya berkilat saat melihat Lidya mengerjap-kerjapkan matanya menahan kantuk. "Sudah bangun, sleepyhead?"
"Jam berapa sekarang?" tanya Lidya.
Ewan berjalan kearah Lidya, "Sudah hampir pukul Sembilan," ucap Ewan sambil meletakkan nampan di hadapan wanita itu. Ia mengangkat penutup makanan tersebut hingga memperlihatkan makanan apa saja yang disiapkannya.
Ada croissant yang baru saja selesai dipanggang, secangkir kopi dan egg bennedict. Setelah meletakkan itu dihadapan Lidya, Ewan duduk di samping wanita itu. "Poached egg. Kesukaanmu, kan?"
Mata Lidya membulat ketika melihat sarapan pagi dihadapannya. Ia tersenyum lebar dan seperti anak kecil, ia menganggukkan kepalanya berulang kali seolah untuk menjawab pertanyaan Ewan. Kemudian Lidya menoleh kearah Ewan, mata coklatnya berbinar-binar ketika bertanya, "Boleh aku mencicipinya?"
Ewan menahan senyumnya dan ia mengendikkan bahu.
"Tadinya aku membuat sarapan ini untuk diriku sendiri, tapi aku tidak biasa sarapan." Ewan mengambil cangkir kopi dan tersenyum kecil, "Aku akan menikmati kopi pagiku saja."
"Iya, tidak apa-apa. Ambil saja kopinya. Aku akan membantumu menghabiskan semua makanan ini kalau kau memang tidak menyukainya," ucap Lidya cepat. Tangannya dengan sigap mengambil garpu, ia mengoleskan croissant tersebut dengan egg bennedict kemudian mengoleskan tumis jamur yang disediakan. Kemudian melahapnya dengan cepat.
-Egg Bennedict buatan Marshall LOL(Telurnya setengah matang, irisan bacon tebal dan roti panggang)-
Bagi Lidya, sarapan pagi sangat berharga untuk dilewatkan. Karena selama lima tahun ini, ia sangat kesulitan untuk mendapatkan sarapan sehingga harus bersyukur dengan sebutir apel yang diberikan oleh perawat rumah sakit yang dikenalnya dan juga secangkir teh tanpa gula. Jadi, apapun yang diberikan oleh Marshall, dan walaupun pria itu memberikannya karena tidak ingin memakannya, Lidya tidak peduli.
Ia terus melahap makanan dihadapannya dengan senang hati.
Tanpa diketahui oleh Lidya, Ewan menahap wanita dihadapannya memakan makanan yang memang sengaja dibuatnya pagi tadi. Ia cukup senang, mungkin sedikit bahagia karena Lidya menikmati sarapannya. Mata hijau Ewan meredup ketika ia mendapati kenyataan hampir lima tahun ini, Lidya tidak makan dengan baik.
Eugene mengatakan kalau Lidya tidak pernah sarapan dengan selayaknya. Sebutir apel? For God Sake, tidak heran kalau wanita itu terlihat lebih kurus daripada sebelumnya. Diam-diam Ewan mengepalkan tangannya, ia merasa cukup marah sehingga bisa saja membunuh orang kapanpun ia lepas kontrol. Tapi melihat Lidya yang menikmati makanannya dengan sesekali bersenandung cukup membuat kemarahannya menyurut sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...