I want you back, I want you in my arm, once again.
–Ewan Marshall Wellington.
Pulang.
Ewan tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia harus pulang segera mungkin walaupun ia harus pulang dengan pesawat Ekonomi sekalipun, Ewan tidak peduli. Kalau memang benar Lidya masih hidup, Ewan tidak punya waktu untuk membuang waktu lebih lama lagi. Ia memasukkan ponsel ke dalam saku dan berjalan cepat meninggalkan Kelab-nya.
Di luar gedung, Ewan melihat Simon sudah menyiapkan mobil. Ia bisa melihat senyum Simon kearahnya. "Aku akan mengantarmu ke bandara. Peter sudah menunggumu disana."
"Aku bahkan belum memberikan perintah apapun," ucap Ewan ketika masuk kedalam mobil. "Darimana perintah itu berasal?"
"Russell menyuruhku berjaga-jaga kalau kau mendadak kehilangan akal sehatmu dan ingin pulang dengan baling-baling bambu, sementara Eugene sudah menyiapkan pesawat karena dia tahu pesawat ekonomi untuk ke Las Vegas sudah penuh dan Eugene tidak mau kau membuat keributan di Hongkong lalu menyuruhnya untuk menyelesaikan semua keributan itu."
Ewan mendengus.
"Seperti aku bisa melakukan hal gila disini," bantah Ewan.
"Well, tahun lalu kau menyuruhku untuk melakukan hack ke salah satu maskapai agar mereka tidak bisa menjalankan penerbangan sehingga mereka rugi besar. Kau melakukan hal itu karena mereka tidak mau menyewakan satu pesawat untukmu saat perjalanan kita menuju Yunani."
"Aku tidak tahu kalau kau mengingat hal itu dengan baik, Simon."
"Aku bahkan punya sejumlah list lainnya kalau kau mau mendengarnya." Simon mengejek Ewan dengan matanya melalui kaca spion dan melihat Ewan mendengus kesal. "Peter sudah menyiapkan semuanya, barang-barangmu akan kubawa beberapa hari lagi setelah meeting selesai."
Ewan tidak menjawab.
"Eugene, aku dan Thomas akan mengurus meeting dan permasalahan dengan Hong Tan, kau tidak perlu memikirkan apapun selain pulang kerumah. Kau mengerti?"
"Hm..."
"Kau akan langsung pulang kerumah, Ewan. Ini perintah langsung dari Maximillian Russell dan Eugene. Kau tidak akan mau melihat mereka meminta Fenton untuk menculikmu. Percayalah, kau tidak akan suka."
"Damn it! Aku akan langsung pulang kerumah, puas? Lagipula aku bos kalian disini, how dare you to command me, huh?" Ewan mendengus kasar, jemarinya mengetuk-ketuk jendela dengan tidak sabar. "Lidya masih hidup, Simon. Aku ingin—"
"Aku akan mencari dimana dia berada. Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, aku sudah mengirim beberapa orang untuk melacak keberadaan Lidya."
Sebelum Ewan sempat mengatakan apapun, kendaraan telah berhenti. Sebelum melangkah keluar ia berkata tanpa melihat kearah Simon yang tengah menatapnya melalui kaca spion. "Thanks for always being here for me."
"Kami yang seharusnya berkata begitu Ewan. Take care, boss."
Saat pintu tertutup, Simon menatap kepergian Ewan melalui kaca penumpang dan tersenyum kecil. Tidak ada yang tidak akan mereka lakukan untuk Ewan, selama atasannya itu bahagia Simon akan melakukan apapun. Bukan karena loyalitas, semua gaji yang diberikan Ewan hanyalah kamuflase. Pada kenyataannya Ewan tidak memberi hanya sekadar gaji, pria itu memberikan lebih dari yang mereka harapkan. Pria itu memberikan kehidupan.

KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romansa#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...