"Deal!"
Suara penuh penekanan itu terdengar di seluruh ruangan VVIP yang disediakan oleh salah satu hotel yang dikelola oleh Maximillian. William Bordeux dan Elizabeth Bordeux terlihat puas dengan kemenangan tender yang dicapainya, sementara itu Ewan menghela nafas panjang sambil menggeleng kepalanya. "Kalian benar-benar tidak akan melepaskan perusahaan itu bukan?"
"Kau pikir kami bodoh? Pihak Bank akan segera tahu bahwa Jake Prescott telah melakukan pemalsuan data selama lima tahun terakhir ini, dan aku tidak mungkin melepaskan penjahat itu, Marshall."
Elizabeth tertawa dan menepuk punggung tangan William dengan tatapan mata masih terarah kepada Ewan. "Dan... aku tertarik dengan alasanmu menyuruh kami mengambil alih perusahaan itu, Marshall."
"Tidak ada alasan, Eli," jawab Ewan setelah berdehem sekali.
"Benarkah? Tidak ada alasan sama sekali dari balik ide ini semua?"
Ketika Ewan tidak menjawab, Elizabeth tahu kalau pikirannya benar. Ia menghela nafas dan menggeleng kepalanya. Ia mengangkat tangannya dan mengibasnya dengan cepat lalu berkata, "Aku ingin membicarakan sesuatu, kalian semua tunggu di luar."
Lalu semua penjaga Elizabeth dan William langsung bergegas keluar, melakukan apa yang baru saja diucapkan oleh Ratu-nya. Setelah tidak ada satupun penjaga, Elizabeth bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kearah Ewan yang masih duduk bersandar disalah satu kursi. Elizabeth mengelus puncak kepala Ewan lembut. "Jangan keras kepala, Son. Wajahmu jelas mengetahui apa yang sedang kubicarakan denganmu."
"Tidak ada alasan? Bullshit," ucap Elizabeth lagi. Lalu ia tertawa keras, "Ini mengenai wanita yang sama dengan yang pernah hadir di masa lalumu bukan?"
"Ma, jangan meledek Marshall hanya karena kau memiliki alasan untuk melakukannya." William bangkit dan tertawa, "Pria yang sulit move on dari masa lalu-nya itu tidak butuh diledek lebih banyak lagi, Ma."
Elizabeth menghardik ucapan William dengan tatapan matanya. Kemudian ia menatap Ewan sekali lagi yang masih berpura-pura tidak tertarik dengan ucapan mereka, dan Elizabeth menunduk, berbisik pelan di telinga pria keras kepala yang sudah seperti anaknya sendiri. "Tidak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan berdamai dengan masa lalu, Marshall."
Perlahan Ewan mengangkat kepalanya, tersenyum lembut kepada Elizabeth. Ia menepuk pelan tangan wanita setengah baya yang sudah seperti ibunya sendiri. "Kau benar, Eli," jawab Ewan. Kemudian ia menutup mata dan ketika membukanya, Ewan berkata, "Seperti yang kukatakan dulu, kebodohan cukup dilakukan sekali."
"Dan kau sudah tidak bodoh lagi?" tanya William yang berdiri dihadapannya sambil mengarahkan tinjunya. Ewan membalasnya dengan tinju juga sehingga tinju mereka beradu, kemudian William menepuk punggung Ewan. "Apakah dia baik?"
Ewan menggeleng.
"She's the best thing that happened in my life, Wil." Ewan tersenyum lebar. "I don't want her smile to disappear. More than that, I don't want her to disappear again from my face."
Ewan bangkit berdiri, memakai jasnya lalu dengan tegas berkata. "Aku membutuhkannya lebih dari apapun di dunia ini. Kalau menghancurkan ayahnya bisa membuatnya tetap berada di sisiku, aku akan melakukannya."
"Kau tidak takut dia akan membencimu?" tanya Elizabeth.
"Tidak." Ewan tersenyum kecil, mata hijaunya berkilat saat memikirkan kemungkinan itu. "I believe in her. I told you that stupidity is only done once. So i will believe her." Ewan menatap lantai keramik dan ketika ia menegakkan kembali wajahnya, mata hijaunya terlihat tegas dan aura penuh kemarahan menguak keluar dari seluruh pori-pori tubuhnya. " This time, I'll believe her, eventhough I'm in a situation where i can't trust her anymore."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...