His Temptress | 79

89.1K 10.9K 1K
                                    


"Jadi, bagaimana keadaannya?" Tanya Ewan sambil membawa buket bunga di bahunya, ketika ia melangkah kedalam ruangan yang gelap, Ewan berbalik kearah Samuel dan Simon. "Di mana Gene?"

"Di kamar," jawab Simon.

"Kenapa dia tidak menjemput kepulanganku?"

Kali ini Samuel yang berkata dengan suara tenang namun mampu membuat Ewan mengangkat alisnya tinggi-tinggi. "Kau bisa bandingkan yang mana yang lebih penting. Dirimu, atau kakak Lidya?"

Ewan mengangguk dan menyetujui bahwa Eugene boleh tidak menjemputnya. Namun tidak lama kemudian Ewan kembali bertanya, "Bukankah seharusnya dia bisa melihatku dari jendela dan menyadari kalau aku sudah pulang?"

Kali ini Simon yang menjawab dengan perkataan jujurnya, bahkan Simon melakukannya dengan wajah tidak bersalah. "Bilang saja hal yang sejujurnya, Sam." Simon mengibaskan tangannya kesembarangan arah dan kembali menjelaskan. "Dengar ya Boss, Eugene itu tidak merindukanmu makanya setiap malam dia mengenakan penyumbat telinga untuk berjaga-jaga kalau kau datang dan membuat keributan. Dan aku menyesal tidak mengikuti tindakan yang diambilnya."

"Sim—"

Awalnya Samuel berusaha mengingatkan Simon bahwa lawan bicaranya adalah Ewan. Namun Simon malah sudah mengatakan, "Dan sebelum kau marah kepadaku karena aku mengatakan hal yang sangat jujur, lebih baik kau mengetahui satu fakta bahwa kemarin anak buah Jake datang kedalam rumah dan hendak membawa Lidya. Sayangnya digagalkan oleh Samuel. Berterima kasihlah padanya."

Ewan mengangkat alisnya dan memutar kepalanya kearah Samuel. Tapi belum sempat Ewan mengatakan apapun, lagi-lagi Simon berkata, "Walaupun pada akhirnya aku tidak tahu masalah apa yang membuat Lidya memeluk Samuel di taman. Dan saat itu Samuel juga memeluknya." Simon menatap Samuel dengan wajah polos dan bertanya, "Aku lupa bertanya, kau sudah minta ijin kepada Ewan untuk memeluk wanita itu?"

Triple Shit!

Tentu saja Samuel tidak bisa menjawab pertanyaan Simon yang dilontarkannya tanpa berpikir terlebih dahulu. Samuel menelan saliva-nya dan mendadak ingin memukul kepala Simon atau bahkan menembak pria itu hingga menjadi mayat dan menyesali apa yang baru saja dilakukannya. Sialan kau Simon!

Setelah jeda panjang yang menakutkan, Ewan mengangkat alisnya kearah Samuel dan bertanya pelan. "Benarkah yang baru saja di ucapkan oleh Simon?"

"Itu—"

Ewan mengeluarkan pistol yang dibawanya dari pinggangnya, mengarahkannya ke hadapan Samuel dan bertanya sekali lagi, "Kalau jawabanmu tidak bisa kuterima, bersiaplah untuk mati. Jadi, apa jawabanmu?"

Lidya tidak bisa tidur tanpa Marshall di sampingnya.

Tapi malam itu ia mencium aroma bunga yang disukainya, bunga tanpa aroma namun masih terasa segar di hidungnya.. Dan apa yang membuatnya tidur nyenyak dan merasa aman adalah aroma yang selama ini dirindukannya. Aroma Marshall.

Iya, Lidya seolah mencium aroma Marshall, padahal di bawah alam sadarnya ia sangat yakin bahwa pria itu belum pulang. Dan ajaibnya lagi malam ini Lidya merasa seseorang mencium keningnya dan mengusap-usap puncak kepalanya dengan lembut.

"I miss you so badly."

Siapa? Mungkin itu adalah ucapan yang terlintas dibenaknya. Lalu ia mendengar bisikan berikutnya yang mampu membuatnya merasa aman dan tentram. "Sleep tight, I'll be here Agapi Mou."

His TemptressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang