"Jangan membuatku lebih marah dari ini, Angel."
Ewan menatap monitor laptopnya dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan. Tangannya terkepal, ia menutup matanya dan jantungnya berdetak tidak beraturan. Lima menit kemudian, ketika ia sudah bisa menormalkan jantungnya, Ewan melepas headsetnya dengan kasar, mengambil layar monitor dihadapannya dan melemparnya ke tembok diseberangnya.
Ia menatap kearah Simon yang bersiul mengejeknya. Ketika menyadari tatapan Ewan bukan lagi tatapan yang bisa diajak bekerja sama, Simon berdehem dan melihat ketempat lain.
"Kill him."
Ketika mendengar perintah itu, Simon langsung mengernyit dan menatap kearah Ewan. Pria itu kini berdiri, mata hijaunya terlihat berbahaya dan Simon tahu kalau perintah Ewan yang barusan bukan perintah main-main. Ini adalah perintah yang sama saat pria itu menyuruhnya untuk menghancurkan salah satu keluarga Underground di Italia dua tahun yang lalu. "Ewan, kau tidak serius dengan ucapanmu, bukan?"
"Memangnya kau pikir, kau siapa Simon?" Ewan menatap Simon tanpa ekspresi. "Kau adalah bidak caturku. Jangan pernah lupakan hal itu. Kalau aku menyuruhmu untuk lompat kejurang, kau harus—"
"Lompat?" Simon menatap Ewan sejenak lalu mendengus. "Kalau aku menyuruhku untuk menghancurkan Maximillian sekalipun, aku akan melakukannya Ewan. Jangan pernah meragukan kesetiaanku."
Ewan tidak menjawab.
"Tiga tahun yang lalu, ketika kau menolongku dari jeratan pemerintah karena memperlakukanku sebagai anjing peliharaan mereka, aku bersumpah setia kepadamu, Ewan Wellington. Tidak peduli apakah yang kau lakukan itu salah atau benar, putih atau hitam. Aku akan tetap melakukan apa yang kau perintahkan." Simon berdiri, memasukkan kedua tangannya didalam saku. "Tapi kali ini, aku ingin kau bertanya kepada dirimu sendiri. Apakah ini yang kau inginkan? Apakah perintah ini tidak akan kau tarik kembali?"
"..."
"Kau memiliki kemampuan untuk menghancurkan Jake Prescott dalam lima menit. Kau hanya membutuhkan telepon untuk melakukannya, maka seluruh sekutu kita di semua negara atau sekutu kita di Perancis bisa melakukan hal itu." Sejenak Simon tidak mengatakan apapun, dan saat ia melihat Ewan hanya menatap wajahnya tanpa ekspresi, Simon mulai melanjutkan ucapannya. "Tapi kau tidak melakukannya, Ewan. Karena kau takut wanita itu terluka. Dan sekarang, kau mau melukainya?"
"Dia sudah menyentuh Lidya, Sialan!" teriak Ewan. Nafasnya berubah menjadi kasar, sementara tangannya terkepal erat. "...Aku tidak akan membiarkan dia hidup, Simon. Jangan pernah memintaku untuk melakukan hal itu."
"Aku tidak menyuruhmu melakukannya."
Ewan menatap Simon dan pria itu berjalan kearahnya. Ia memukul bahu Ewan pelan dengan kepalan tangannya,"Bersabarlah. Aku sudah membuat saham perusahaannya berada di pelelangan." Simon tersenyum miring seraya memasukkan kedua tangan kedalam sakunya kembali. "...Dengan nilai dibawah rata-rata."
Wajah Simon berubah menjadi serius, ia menghela nafas panjang sebelum berkata. "Percayalah pada kami, Ewan. Kami tidak akan membiarkan pria itu dan semua yang berhubungan dengan kemalangan Lidya Prescott lepas begitu saja. Darah dibayar darah, mata dibayar dengan mata." Senyum Simon berubah mengerikan ketika berkata, "Kenangan dibayar dengan kematian."
"Aku menginginkan kehancuran dan kematiannya, Simon."
"Dia akan mendapatkannya, Ewan."
Sejenak Ewan tidak mengatakan apapun, ia terdiam dan berusaha menormalkan emosinya. Ia tahu kalau menghilangkan nyawa Jake Prescott hanya akan membuat Lidya membenci atau malah marah kepadanya. Tapi Ewan tidak bisa membiarkan pria itu terus-terus mengendalikan Lidya. Ia tidak bisa...Damn it!
Ewan tidak bisa lagi mendengar suara isak tangis Lidya seperti yang tadi didengarnya lewat rekaman yang diberikan oleh Simon. "Please, Harletta sudah terluka. Jangan ada lagi yang terluka..." wanita itu menangis—untuknya.
Inikah wanita yang kau anggap telah menyakitimu, Wellington?
Bukan... Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Ewan tahu kalau Dee tidak akan mampu melakukan hal ini tanpa alasan. Akal sehatnya mampu menerima hal itu, hanya saja hati serta harga dirinya yang tidak bisa menerima penolakan itu. Ewan tahu kalau wanita itu menangis... Kau sudah tahu kalau dia menangis saat menolakmu lima tahun yang lalu.
Tidak. Ewan tidak tahu....
Pembohong. Lagi-lagi Ewan merasa dirinya tengah menghinanya. Tangan Ewan terkepal, dan kukunya menggores telapak tangannya hingga berdarah namun ia tidak peduli. Jiwanya terusik ketika mengetahui kenyataan bahwa Lidya terancam selama ini. Ewan merasa ada yang tengah mencabik-cabiknya
Lalu mendadak Ewan seolah mengingat ucapan Lidya yang ditemuinya dalam mimpi. "Kalau ada pilihan lain, aku akan memilihnya daripada harus menyakitimu, Marshall." Ewan tahu kalau wanita itu melakukannya karena lebih memilih keluarganya daripada dirinya, yang tidak diketahui Ewan adalah... seberapa besar Dee tersakiti karena keluarganya sendiri.
"Jangan khawatir, Ewan. Max dan juga Gabe sudah mulai merancang beberapa skenario untuk Jake. Yang perlu kau lakukan hanyalah bersama kekasihmu dan bersikap seperti tidak ada yang terjadi." Simon menepuk pundak Ewan pelan. "Kali ini, manjakan perasaanmu Ewan. Terkadang, kau harus membiarkan keegoisan itu mengambil alih dirimu. Kali ini, biarkan kami yang mengerjakan semuanya untukmu, Ewan."
Perlahan Simon berjalan menuju pintu, membiarkan pria itu larut dalam pemikirannya. Sebelum Simon keluar, pria itu mendengar Ewan berbisik pelan. "Aku tidak bisa hidup kalau ada sesuatu yang buruk terjadi padanya, Simon..."
Simon berhenti melangkah.
"Kalau begitu bersyukurlah, kau akan hidup panjang. Karena kami tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padanya, Ewan."
Simon membuka pintu dan menutupnya perlahan. Sementara Ewan larut dengan pemikirannya sendiri. Lalu ingatannya kembali ke lima tahun yang lalu, dimana wanita itu memutuskan untuk mengeluarkan Ewan dari kehidupannya.
"Jangan lakukan hal ini, Dee. Bukankah kita sudah berjanji untuk melaluinya bersama?!" Ewan menarik lengan telanjang Dee, matanya menatap marah kearah Dee yang mengenakan gaun pengantin. "Kau tidak bisa melakukan hal ini kepadaku, Dee..."
"Aku bisa, Marshall."
"Dee..."
"Aku mencintai keluargaku lebih dari aku mencintaimu. Keberadaanmu tidak berarti apapun untukku, Marshall." Ewan menatap nanar kearah Lidya. Wanita itu menatapnya tanpa ekspresi. "Hatiku tidak pernah menjadi milikmu sepenuhnya Marshall."
"Stop it..." bisik Ewan tidak percaya.
"Kisah kita dan semua yang sudah kita jalani hingga saat ini... itu hanyalah gairah tanpa cinta. Kita terlalu tertarik satu sama lain dan kita sampai lupa bahwa sebenarnya kita tidak saling mencintai, Marshall."
"Aku mencintaimu!"
"Aku tidak mencintaimu."
Sejenak mereka bertatapan satu lama lain. Saat itu, Ewan merasa hancur. Cukup hancur ketika wanita itu mengucapkan tiga kata itu, kata-kata simple yang mampu menghancurkan seluruh hatinya. Seluruh harapan dan seluruh doanya. Belum cukup sampai disana, Ewan mendengar Dee berkata dengan nada bergetar namun dingin.
"Aku tidak akan bisa mencintaimu, Marshall. Kau hanyalah property bagi ayahmu, maka hal itu juga berlaku untukku. You're nothing in my life, Marshall."
Dan sekarang Ewan kembali mempertanyakan... benarkah ia tidak berarti apapun bagi wanita itu? Apakah aku benar-benar tidak lebih berarti dari keluargamu?
TBC | 17 Agustus 2017
Repost | 22 April 2020Heiho, happy reading ya semua. Maaf kalau chapter ini tidak berkenan di hati kalian, tapi bagaimana pun aku mau Ewan tahu rekaman pembicaraan pas Jake ancam Lidya. Mereka memang lagi happy tapi bukan berarti masa lalu gak akan kembali datang kan? LOL
Leave comment? Thanks.
-Nath-
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romansa#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...