Satu setengah jam kemudian, Ewan merenggangkan tubuhnya dan merasa lelah setelah menyelesaikan seluruh tumpukan dokumen yang diberikan Eugene kepadanya. Ia merogoh saku-nya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru. Matanya menatap nanar kearah kotak itu, sesekali ia menghembuskan nafas panjangnya sembari menutup mata.
Hari ini ia berniat untuk melamar wanita itu lagi. Lamarannya kemarin sama sekali tidak benar. Ewan tahu sudah seharusnya ia melamar wanita itu dengan cara yang seharusnya karena bagi Ewan, Dee pantas mendapatkan yang lebih dari sekedar itu. Wanita itu pantas mendapatkan yang terbaik dan ia berharap... Dirinya adalah yang terbaik.
Mendengar suara pintu terbuka, Ewan lekas mengangkat kepalanya. Ia tersenyum miring saat melihat Eugene membawa secangkir kopi. "Untukku?"
"Untuk-ku, tepatnya."
"Lalu untukku?"
Eugene mengangkat bahunya tak acuh. Ia berjalan masuk ke dalam ruangan dan menyandarkan punggungnya dekat jendela yang ada di samping kanan Ewan. Meski mata Eugene menatap kearah jendela yang menampilkan pemandangan taman, Ewan tahu bahwa pria itu tidak sedang melihat kearah pemandangan.
"Kalau ada yang ingin kau katakan kepadaku, kau bisa langsung mengatakannya kepadaku, Gene." Ewan menyandarkan punggungnya, mata hijaunya mengarah ke Eugene. "Kau marah karena aku menjauhkanmu dari istrimu?"
Eugene tidak menjawab.
"Untuk sementara ini kau tidak boleh bertemu dengannya, Gene." Ucapan itu membuat kepala Eugene menoleh kearahnya. "Biarkan Terry bersamanya. Aku bersumpah dia akan baik-baik saja."
"Bisakah kau menjelaskan 'mengapa', sehingga aku tidak perlu menebak-nebak apa yang sedang kau pikirkan sekarang?" tanya Eugene dengan suara dingin. "She's my wife..."
"I don't care, Gene. Dia boleh menjadi apapun yang kau inginkan. Istrimu, kekasihmu ataupun pasangan hidupmu dan aku tidak akan mengeluh sama sekali." Sebelum Eugene bisa mengucapkan sepatah katapun, Ewan berdiri dan dengan tenang berkata,"Tapi kau sudah hampir sebulan menyakiti dirimu sendiri."
"I'm not."
"Iya, katakan itu di depan Terry dan katakan juga di depan Catherine, dia yang melaporkanmu kepadaku. Kau tidak memakan makananmu sama sekali, yang kau pikirkan hanyalah mengapa Harletta tidak bangun. Dan itu sudah cukup Gene. Aku tidak bisa lagi menoleransi kelakuan bodohmu itu."
Eugene menghela nafas panjang. Ia mendongakkan kepalanya sembari memijat tengkuknya saat ia membuka matanya hanya satu kalimat yang bisa terucap dari mulutnya. "Maafkan aku."
"Instead sorry, you better say thank you, man."
"Jangan pikirkan masalahku." Eugene kembali mengusap tengkuknya. Ia tersenyum kecil kearah Ewan dan bertanya, "Jadi kapan kau akan melamarnya?"
"Aku sudah melakukannya."
Seketika Eugene mengangkat alisnya seolah bertanya 'Kapan?' dan sekarang malah Ewan yang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia berdehem berulang kali sebelum akhirnya berkata, "Waktu kami selesai... Well, kau tahu apa yang hendak kukatakan."
"Dan melihat kotak beludru itu, kau hendak melamarnya sekali lagi?" Mata Eugene menangkap sebuah kotak beludru di tangan Ewan. Ia mengenali kotak itu dan Eugene justru bertanya-tanya mengapa Ewan belum membuang kotak sialan itu. "Jangan bilang kau akan memberikan cincin sialan itu kepadanya, Ewan."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...