Jatuh cinta itu membutuhkan keberanian yang sangat besar, seperti masuk kedalam lingkaran api. Dan kalau aku rela melakukannya untukmu, berarti aku memang benar-benar jatuh cinta kepadamu dalam arti yang sebenarnya.
-Ewan M Wellington-
Lidya bangun ketika sinar matahari terus memaksa masuk dari sela-sela jendela. Ia menatap sisi kirinya yang kosong, tangannya terulur dan mengelus bagian kosong itu, lalu hatinya terasa pedih. Marshall tidak kembali...
Pria itu bahkan tidak tidur disampingnya semalam.
Dan hal itu membuat air mata Lidya mulai terbit. Ia menggigit bibirnya dan hampir saja terisak. Ketika hampir melakukannya, ia mendengar ketukan pintu. Dengan cepat ia langsung duduk diatas tempat tidur, matanya menatap pria yang masuk kedalam kamar. Pria berambut pirang dengan tinggi yang hampir setara dengan Marshall itu menatapnya tegas, tatapannya seolah mengintimidasinya dan itu membuat Lidya tidak nyaman.
Sebelum Lidya sempat berkata apapun, pria itu berkata, "Seberapa lama anda bisa menyiapkan diri anda untuk penerbangan panjang?"
"Sorry, aku tidak mengerti..."
"Bisakah anda bersiap dalam waktu tiga puluh menit? Karena kita harus segera berangkat ke Yunani." Lagi-lagi pria itu memutuskan seenaknya. Lidya hampir saja membuka mulutnya, kalau saja pria itu tidak berkata, "Mr. Wellington sudah menunggu anda di sana. Kalau saja anda bertanya mengenai kemana dia."
"Bukankah anda terlihat sangat tidak sopan kalau langsung menyuruh seseorang wanita melakukan sesuatu sementara wanita itu tidak mengenal siapa dirimu," ucap Lidya tegas.
Pria itu mengangkat alisnya yang tebal, sejenak mereka bertatapan dalam jarak aman. Lalu tersenyum lebar. "Maaf terlambat mengenalkan diriku. Namaku Eugene, salah satu staff Mr. Wellington."
"Kau... Asisten Marshall?"
"Asisten? Pembantu? Pekerja serabutan? Apa saja yang ingin anda tanamkan dibenak anda, miss." Eugene mengendikkan bahunya. Ia menatap jam tangannya dan kembali berkata, "Bisakah anda mulai bersiap-siap? Kita harus kesana secepat yang bisa kita lakukan."
"Ada apa di Yunani? Kenapa aku harus-"
"Karena Mr. Wellington menginginkan anda untuk bertemu dengan Harletta, adik anda. Tidakkah anda menginginkannya?" Tanya Eugene. Ia tahu wanita dihadapannya ini akan diam dan mengikuti apa yang diucapkannya selama ia menyebut nama kakak wanita itu yang masih terbaring dirumah sakit. "Saya akan menunggu anda di depan."
⃰
"Jangan khawatir, Ewan. Dia tidak akan mendengar berita itu sama sekali," ucap Eugene ketika mengabarkan Ewan bahwa ia sudah berada di Resort pria itu untuk menjemput Lidya. Dan saat mendengar perintah yang sama dari seberang telepon, Eugene mengatakannya sekali lagi dengan tegas. "Jangan jadi bodoh, Stupid Boss. Berhentilah memintaku melakukan sesuatu yang sudah kuhafal bahkan dalam tidur."
Eugene menghela nafas.
"Tenang saja. Kau lakukan saja pertemuanmu dengan William, sebelum kau kembali ke rumah sakit, kekasihmu sudah akan berada disana. Aku pastikan hal itu."
"Jangan bertindak kasar kepadanya, Gene. Aku akan membuat perhitungan denganmu kalau kau sampai melakukannya."
"Biasanya yang bertindak kasar itu kau, Ewan. Aku tidak pernah bertindak kasar sebelumnya." Eugene tersenyum miring, menikmati amarah Ewan dari seberang telepon. Ia tahu kalau atasannya itu sangat khawatir dengan Lidya, dan sebenarnya Eugene bisa saja mengatakan kepada Ewan kalau ia bahkan tidak akan menyentuh wanita itu sama sekali jadi pria itu bisa tenang. Tapi Eugene tidak melakukannya. "Melihatmu marah, entah kenapa malah membuatku ingin menyentuhnya, Ewan."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...