"Maximillian menghubungiku.."
Pernyataan itu membuat Ewan terkejut, namun ia tidak menunjukkannya. Ewan hanya bertanya pelan. "Untuk apa Max menghubungimu?"
"Untuk menjagamu dari ketidak warasanmu, Wellington. Aku sudah berjanji untuk memastikan kau masih waras saat bertemu denganmu." Cassius tersenyum."Tapi sepertinya kami terlalu banyak berpikir. Kemarin, Maximillian mengatakan seolah-olah kalian berdua berusaha untuk saling membunuh, tapi nampaknya Max salah. Kau terlihat sangat bahagia dengan keadaanmu yang sekarang Wellington."
Ewan tersenyum kecil. Ia memasukkan tangan kedalam sakunya dan tersenyum miring. "Begitulah," jawabnya pelan.
"Anyway, Aku mendapat pesan langsung dari Elizabeth dan William. Katanya jangan sampai lupa kalau lusa kau sudah harus menghadiri ulang tahunnya."
"I know."
"Kau harus datang, Wellington. Jangan sampai mengulangi kebodohanmu yang—" Ketika Ewan mengangkat tangannya untuk menghentikan ucapan Cassius, Cassius hanya tersenyum lebar dan kembali berkata. "Boleh kutanya sesuatu, Wellington?"
Ewan mengangkat alisnya.
"Kau benar-benar membawa pistol saat sedang menghabiskan waktu dengan kekasihmu?" Tanya Cassius dengan jemari yang menunjuk kearah Ewan, dimaksudkan untuk menunjuk pistol yang disembunyikan dibelakang punggung Ewan.
Perlahan Ewan mengambil pistolnya, mengarahkannya kepada Cassius dengan cepat. Walaupun begitu, bibir Ewan tersenyum miring. "Guess what?" bsiik Ewan. Ia langsung menarik pelatuk pistol tersebut.
"Ew—"
Sebelum Cassius menyelesaikan ucapannya untuk meneriakkan nama Ewan. Dan saat pistol tersebut meletus, bukan peluru yang keluar melainkan sebuah cairan berwarna coklat pekat, cairan tersebut meluncur kearah Cassius dan berhenti tepat didepan pria itu.
Kepala Cassius menunduk, mengamati cairan yang tumpah dari lubang pistol, Sementara itu Ewan tertawa terbahak-bahak sambil sekali lagi menekan pelatuk pistol tersebut. "This just brandy, Cass!"
"Really, Wellington. Kau tidak bisa berubah menjadi normal sedikit?" Cassius menggeleng kepalanya dan mendadak merasa bingung antara ingin memukul pria bermata hijau dihadapannya atau ikut tertawa karena kekonyolan ini. Bisa dibayangkan, ia baru saja merasa takut pria itu menembakkan peluru kearahnya yang ternyata hanya berisi cairan Brandy?
Dengan mata masih tertuju pada cairan pekat Brandy dilantai, Cassius mengernyit kesal kearah Ewan. "Ingatkan aku untuk membeli siapapun staff yang sudah membuatkanmu mainan gila ini."
"Hanya dua puluh poundsterling. Aku menemukannya dipasar jalanan tahun lalu saat hendak menemani Eli keliling. Dan aku memberikannya kepada Terry dan juga Simon." Ewan tersenyum miring, tangannya masih memutar pistol mainan yang terlihat asli itu. "Simon memodifikasinya menjadi mainan, mengubah struktur dalamnya sehingga para polisi tidak akan curiga dengan pistol ini."
"Aku pikir kau benar-benar membawa pistol saat berjalan bersama kekasihmu, Wellington," desah Cassius pelan sambil mengacak rambutnya.
"Aku memang membawanya."
Jawaban itu membuat gerakan mengacak dirambutnya terhenti, lalu Cassius mengernyit ketika menatap Ewan. Ia hampir saja bertanya apakah pria itu baru saja menjawab pertanyaannya ataukah menjawab pertanyaan yang lain. Dengan gerakan perlahan, Ewan merogoh punggungnya dan mengeluarkan satu jenis pistol yang sama dengan pistol mainan dan memperlihatkannya kepada Cassius. "Dia tidak boleh tahu."
"Dia akan ketakutan kalau tahu kau sangat pandai menggunakan pistol, Wellington. Tidak ada wanita waras yang akan menerima kekasihnya merupakan pemilik organisasi bawah tanah terbesar. Buang itu jauh-jauh atau dia akan meninggalkanmu." Cassius menggeleng. "Kau memiliki perlindungan yang hampir setara dengan perlindungan Eli di Burmingham Palace, untuk apa lagi kau membawa pistol itu?"
"Karena semakin ketat penjagaan, maka akan semakin besar tempat yang bisa ditembus, Cass." Mata hijau Ewan sudah tidak lagi tersenyum. Ia meletakkan kembali pistol tersebut dibalik punggungnya. "Aku sudah pernah kehilangannya sekali, dan aku tidak bisa kehilangannya untuk yang kedua kali."
"Max tidak tahu hal ini bukan?"
"Aku tidak akan melibatkan mereka bertiga."
"Mereka adalah sahabatmu," tegur Cassius. "Mereka sudah menjadi bagian keluargamu selama lima tahun ini, Ewan. Dan Max sudah lebih dari sekedar menjadi sahabatmu. Dan mereka bahkan tidak tahu kalau kau terlibat dengan urusan seperti ini. Apakah kau benar-benar menganggap mereka sebagai sahabatmu?"
"That's none of your business, Pettroff. Lakukan saja apa yang kuinginkan, dan aku akan memberikan data yang diinginkan kakekmu. Aku menginginkan kehancurkan perusahaan Jake di Italia dan kau akan melakukannya."
Sebelum Ewan beranjak keluar dari ruangan, Cassius berkata pelan. "Kau seperti malaikan pencabut nyawa kalau menyangkut kekasihmu. Apa yang sebenarnya kau lihat dari wanita yang jelas-jelas pernah menyakitimu? Wanita itu sama saja, sekali mereka melakukannya, mereka akan kembali melakukannya lagi Ewan. How can you trust woman like that?"
"Beri aku kabar malam ini," ucap Ewan, lalu langsung meninggalkan ruangan tanpa menjawab pertanyaan Cassius yang terakhir.
⃰
Cassius tidak sedikitpun bermaksud untuk menghakimi wanita yang menjadi kekasih Ewan, dan walaupun hubungan mereka hanya sebatas hubungan bisnis. Cassius menganggap Ewan sebagai temannya. Pria itu terlalu berharga untuk kembali merasakan sakit. Sebenarnya, Max menyuruh Cassius kesini bukan untuk mengingatkan pria itu mengenai ulang tahun Elizabeth.
Perlahan Cassius mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Max. "Aku sudah bertemu dengannya, Russell." Cassius menghela nafas panjang, mendongakkan kepalanya keatas langit-langit dan berkata, "Dia baik-baik saja, dan seperti apa katamu. Dia sangat bahagia—for now."
"Aku belum bisa mempercayai wanita itu, Max. No offense, man. Aku merasa ada banyak hal yang disembunyikan wanita itu..." ucap Cassius. Ia mengepalkan tangannya dan kembali berkata, "Tapi aku bisa pastikan, wanita itu mencintai Ewan, seperti kata-katamu sebelumnya. Terlalu banyak hal yang tertutupi kabut sehingga kita belum bisa memutuskan apakah hal itu baik atau buruk."
"Jika... wanita itu menyakiti Ewan. Apa yang akan kau lakukan, Max?"
TBC | 24 Agustus 2017
Repost | 25 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...