Lidya mengenakan gaun musim panas tanpa lengan, dan mengenakan heels-nya. Dengan langkah percaya diri ia berjalan masuk ke dalam salah satu klub malam. Beberapa orang yang berlalu lalang melihatnya dengan tatapan heran, karena jelas-jelas didepan tertulis 'closed'. Namun Lidya tidak peduli, hingga ia berjalan ke salah satu meja resepsionis, tersenyum kepada salah satu pria yang berpakaian jas dan bertanya, "Bisa aku bertemu dengan Marshall Wellington?"
"Dan kau—" pria berjas itu merasa bingung dengan panggilan akrab yang dilontarkan oleh Lidya. Ia meneliti wanita cantik dihadapannya dan tersenyum. "Mr. Wellington berada di ruangan bawah."
"Ruangan bawah?"
"Iya, anda bisa naik lift di sana," jelas pria itu sambil menunjuk salah satu lift yang tersedia. "Dan anda langsung saja menekan 'B' untuk langsung sampai di sana. Mr. Wellington sedang mengadakan meeting penting dengan Eugene, tapi anda bisa menemuinya."
"Terima kasih," ucap Lidya sopan dan langsung berjalan ke lift yang ditunjukkan oleh pria itu.
Di dalam lift, Lidya tersenyum lebar. Ia mengeluarkan beberapa tangkai baby breath dari tas kecilnya dan memutar tangkai tersebut dengan perasaan yang membuncah. Seharusnya Lidya menunggu Marshall pulang, dan mereka akan menikmati makan malam bersama, lalu mungkin akan melanjutkan sesi percintaan malam mereka yang begitu menghabiskan tenaga.
Lidya tersenyum ketika memikirkan hal itu. Pasalnya, ia menginginkan Marshall sekarang. Ia tidak bisa menunggu empat jam lagi hingga pria itu pulang. Ketika pintu lift terbuka lebar, Lidya keluar. Ia hendak membuka pintu, ketika mendengar ucapan Marshall yang begitu mengerikan ditelinganya. "He's her father, by the way."
"When she chose me, she agreed to be by my side until the end of the game, Gene."
Gerakan Lidya berhenti, dan detik kemudian ia mendengarkan suara Marshall yang begitu berat sekaligus menggema diseluruh tubuhnya. "She's mine and I don't like when there are people who hurt or touches mine."
Nafas Lidya seolah tertahan ketika mendengar suara itu. Jantungnya berdebar dan berdetak tidak beraturan. Bohong kalau ia bilang tubuhnya sekaligus hatinya tidak terpengaruh oleh Marshall. Bohong... hal yang sebenarnya adalah, pria itu selalu mampu membuatnya melakukan apa yang diinginkan pria itu.
Pria itu hanya perlu mengucapkan satu hal dan Lidya akan melakukannya. Lidya memejamkan mata, menahan isak tangis yang hendak keluar, menarik nafas panjang-panjang dan setelah hatinya cukup kuat untuk menahan haru, ia membuka pintu tersebut dan masuk kedalam ruangan Marshall dengan langkah tegas. "Apa aku mengganggu pembicaraan kalian?"
°
Ewan terkejut ketika melihat Lidya masuk kedalam ruangannya. Perasaannya yang pertama adalah terkejut. Perasaan yang kedua adalah marah. Bukan karena wanita itu tahu tempat kantornya, bukan juga karena wanita itu datang sendirian kesini.
Tapi karena Lidya mengenakan gaun musim panas yang begitu menakjubkan ditubuh wanita itu. Sebelum Ewan sempat mengucapkan apapun, Eugene sudah mengangkat alisnya dan berkata, "Aku tidak tahu kalau kau akan membawa Miss Prescott kesini."
Lidya menoleh dan tersenyum kecil, "Maaf, aku datang seenaknya. Kalau aku mengganggu pembicaraan kalian—"
"Bukan. Anda sama sekali tidak mengganggu pembicaraan kami, Miss." Eugene tersenyum dan langsung bergerak kearah Lidya, serta mempersilakannya duduk. "Masalahnya, kalau anda berada disini, kami tidak akan bisa membicarakan apapun. Karena keberadaanmu hanya mampu membuat selangkangan Mr. Wellington bekerja, bukannya otaknya yang cemerlang itu."
Wajah Lidya langsung memerah dan ia tidak mengucapkan apapun.
"Iya, terus saja buka kartuku, Gene. Sudah bosan menerima gaji-mu?" gerutu Ewan kesal. Ia mengibaskan tangannya ke udara dan berkata, "Sudah, kau lakukan saja apa yang kusuruh. Jangan ganggu kami, dan active-kan system keamanan otomatis-nya. Aku tidak ingin ada orang yang masuk ke sini."
Eugene mengangkat kedua alisnya, mengeluarkan remote dari saku dan menyalakan system keamanan otomatis, lalu terdengar bunyi kunci di seluruh ruangan. "Ruangan ini di design untuk keamanan darurat. Menyelamatkan kita kalau sewaktu-waktu ada musuh kita yang datang, karena kita berhadapan dengan pihak underground diseluruh dunia, Ewan."
"Kau tidak perlu menjelaskannya kembali kepadaku sesuai dengan kata-kata yang pernah kuucapkan padamu, Gene."
"Nah, aku hanya ingin mengingatkan padamu. Ruangan ini di design untuk menyelamatkan kita atau melakukan meeting darurat." Eugene memasukkan kembali remote-nya dan mengangkat alisnya lagi, "Dan untuk jaga-jaga saja, aku mengatakannya sekali lagi padamu. Ruangan ini untuk keamanan, bukannya dirancang untuk melakukan hal mesum."
"Bicara sekali lagi, dan akan kupotong gajimu bulan ini, Gene. Aku bersumpah."
"Potong saja gajiku. Aku akan memintanya pada Maximillian," ucap Eugene sambil tersenyum lebar. "Dan kalau ternyata Maximillian tidak mau menggajiku sementara, aku akan meminta kepada Mr. Alford untuk membayarku karena kau berhutang padaku, Ewan."
"Oh iya, lalu aku tidak akan melakukan apapun. Aku akan menghilang dan membuatmu mengerjakan dokumen tersebut sendirian. Kau dengar Gene?" Ewan melipat kedua tangannya didepan dada dan mengulanginya sekali lagi, kali ini bibirnya mengejek Eugene dengan berkata, "Sen.Di.Ri.An."
"Fine! Kau boleh melakukan apapun. Dasar atasan sialan!" gerutu Eugene kesal, ia membalikkan tubuh dan mendapati Lidya menatapnya dengan alis melengkung naik. Eugene mendengus dan berkata, "Hati-hati dengan tubuhmu Miss. Bisa saja kau tidak bertulang setelah melakukan sex dengannya. Si monster itu tidak tahu kapan saatnya berlaku lembut pada wanita." Ia berjalan menuju pintu dan kembali menggerutu, "Dasar otak kriminal nomor satu di Amerika!"
TBC | 13 Agustus 2017
Repost | 19 April 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romansa#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...