Lidya menghubungi Maximillian Russell hanya untuk menanyakan tempat makan yang dimaksud oleh Marshall. Dan ia cukup terkejut ketika mendengar penuturan pria itu, bahwa tempat makan yang dimaksud Marshall adalah tempat makan kecil yang bahkan jarang dikunjungi orang.
Ketika kakinya memasuki tempat makan kecil tersebut, ia menoleh ke dalam tempat makan yang sepi. Tidak ada pengunjung, bahkan Lidya tidak melihat adanya seseorang disana. Ia mengetuk daun pintu beberapa kali seraya berkata, "Apakah ada orang?"
Tiga kali ketukan, lalu seorang pria setengah baya keluar dari ruangan dan tersenyum kepadanya. "Kau pasti kekasih Wellington. Iya kan?"
"Apakah kau mengenalku?" Tanya Lidya bingung karena pria itu bersikap seolah-olah mengenalnya.
Pria tua itu tertawa, lalu tangannya melayang dan memberikan kode untuk Lidya agar bergerak kearahnya. "Duduk saja ditempat yang kau suka. Tower burger yang dipesan oleh kekasih gila-mu itu akan siap dalam hitungan menit."
"Aku tidak pernah tahu kalau disekitar sini ada tempat semanis ini," ucap Lidya sambil tersenyum sopan.
"Tempat ini sebenarnya sudah tutup, nona." Pria tua itu tersenyum, "Namaku Darry. Aku pengelola tempat makan kecil ini sekaligus koki ditempat ini." Darry mengulurkan tangan kearah Lidya yang langsung dibalas oleh Lidya. Kemudian mata Darry menghangat ketika menatap jendela diujung ruangan, bibirnya perlahan terukir senyuman. "Wellington jatuh cinta dengan tempat ini dan menyuruhku untuk tidak menutup tempat makan ini."
Darry menggeleng.
"Kekasihmu itu sangat gila, nona. Aku bahkan tidak tahu kenapa wanita secantik dan se-waras dirimu, mau bersama dengannya." Namun ucapan itu tidak diucapkan sebagai sindiran karena Lidya melihat senyum dimata dan bibir Darry ketika mengatakan hal itu. "Dia membeli tempat makan ini dan memberikannya secara Cuma-Cuma kepadaku."
"Marshall...melakukan hal itu?" Tanya Lidya pelan.
Itu bukan hal yang mengejutkan, tapi yang mengejutkan adalah kenyataan bahwa pria itu tidak pernah berubah selama lima tahun ini. Diam-diam hati Lidya menghangat dan ia ingin mengetahui lebih jauh mengenai pria itu. "Apakah... ia tidak meminta apapun sebagai gantinya?" Tanya Lidya.
"Oh, tentu saja dia meminta sesuatu." Darry tertawa terbahak-bahak. "Dia memintaku untuk membuatkannya Tower Burger tertinggi yang tidak ada ditempat makan manapun, bahkan ketika ia membawa kedua temannya kesini, pria itu memanggilku dan memintaku untuk mengerjai kedua pria itu dengan Burger buatanku."
Lidya tersenyum.
Lalu mendadak mereka mendengar suara dari balik ruangan dan Darry langsung menepuk dahinya dengan kencang. "God! Aku melupakan Burger dan minuman untukmu."
"Jangan repot-repot Mr. Darry," ucap Lidya cepat.
"Please, buat dirimu nyaman ditempat kecil ini, Miss. Kau bisa duduk dimanapun yang kau sukai," jelas Darry. Ia tersenyum dengan tangan melambai kearah ruangan, "Walaupun ruangan ini terlihat kecil, tapi percayalah pada pria tua ini, kau akan nyaman disini. Anggap saja tempat ini sebagai rumahmu sendiri."
"I will. Thank you, Mr. Darry."
Ketika Darry bergegas masuk keruangan untuk menyelesaikan makanan yang diminta oleh Marshall, Lidya memilih duduk disudut ruangan yang terdapat jendela. Di mana ia bisa melihat langsung pemandangan pantai dari tempat ini. Tempat makan ini sebenarnya cantik, hanya terlalu temaram dengan pencahayaan sedikit.
Ia menutup matanya sejenak, perlahan-lahan ruangan itu terdengar suara debur ombak dan membuatnya tenang. Lidya menarik nafas dan tersenyum. Iya, Mr. Darry benar, walaupun tempat ini kecil dan mungkin tidak ada satu orangpun yang akan bertamu, Namun Lidya mengakui bahwa tempat ini sangat indah, menyenangkan dan juga nyaman, karena pada dasarnya Lidya tidak terlalu menyukai tempat yang ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...