Darah tidak membuat aku menyayangimu. Kita akan tetap bersama walaupun ada ratusan alasan bagi kita untuk berpisah, because you're my best friend
-Lidya & Harletta Prescott-
Lidya hampir saja menangis bahagia ketika melihat Harletta, satu-satunya kakak yang disayanginya perlahan membuka matanya. Mata biru yang jelas sangat berbeda dengannya, yang selalu mampu membuatnya tersenyum kapanpun mata biru jernih itu menatapnya, mata biru milik Harletta.
Dengan cepat Lidya memeluk tubuh Harletta dan terisak. Ini bukan air mata kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan dan seharusnya air mata kebahagiaan tidak mengalir terlalu lama, tapi Lidya tidak tahu bagaimana cara menghentikan air mata ini.
"Demi Tuhan, aku seharusnya memukulmu. Aku seharusnya membunuhmu karena berani-beraninya membuatku merasakan hal seperti ini selama lima tahun," bisik Lidya serak sambil memeluk leher Harletta erat. "Lima tahun... Harlie, tidakkah kau berpikir bahwa aku sudah berubah menjadi lebih sabar dalam menghadapimu?"
Namun Harletta tidak menjawab ataupun membalas ucapannya.
Perlahan Lidya melepaskan pelukannya, menatap bingung kearah Harletta yang tergeletak tanpa mengucapkan sepatah katapun. Lidya menoleh kearah Terry yang berdiri dibelakangnya bersama Ewan, dengan pelan ia berbisik, "Kenapa... dia tidak merespon ucapanku?"
"Membutuhkan waktu yang sangat lama baginya untuk pulih, Ms. Prescott," jelas Terry. Ia menghela nafas pelan, berjalan kearah Harletta, mengusap lembut pelipisnya dan bertanya pelan. "Bagaimana perasaanmu?"
Harletta hanya menatap Terry dengan mata birunya dan bagi Terry semua itu sudah lebih dari cukup. Ia tahu kalau Harletta akan baik-baik saja, kalaupun tidak, Terry bersumpah akan membuat wanita itu sembuh seperti apapun usaha yang dibutuhkannya.
Kemudian Terry menunduk, bertindak seolah-olah ia memeriksakan detak jantung wanita itu, sebelum mengangkat kepalanya Terry berkata pelan,"Everything gonna be alright Harlie. I promise. He will come back to you..."
Sejenak tatapan mata Harletta seolah berubah menjadi sendu dan lega, namun detik kemudian ia menutup matanya perlahan. Kettika Terry menegakkan tubuhnya, ia menoleh kearah Lidya yang kini berada disamping Ewan. "Apakah kau mau ikut keruang meeting, atakah kau ingin menetap disini?"
"Aku ingin berada di sini," jawab Lidya tegas.
Terry menatap kearah Ewan , matanya seolah mengatakan bahwa ada baiknya kalau mereka tidak mengajak Lidya. "Kalau begitu, bisa kita pergi sekarang, Ewan? Eugene pasti sudah menunggu kita diruang meeting."
Bukannya menyetujui ajakan Terry, Ewan malah menatap kearah Lidya, memeluk wanita itu dari belakang sembari mengecup puncak kepalanya. Pelan namun tegas, Ewan bertanya, "Apakah kau akan baik-baik saja kalau kutinggal sendirian disini?"
"Aku akan baik-baik saja, Marshall."
"Biasanya kau selalu merasa ketakutan, Agapi Mou. Aku hanya tidak mau kalau kau merasakan sesuatu yang tidak nyaman walaupun hanya semenit." Ewan menarik nafas, memeluk tubuh Lidya dari belakang dengan erat dan kembali berkata, "Apakah tidak sebaiknya kau ikut denganku saja? Aku bisa menyuruh beberapa perawat untuk-"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...