"Bicara," perintah Eugene kepada salah satu pria pirang yang lebih muda. Pria itu tidak mengatakan apapun karena tengah menggigit bibirnya sendiri untuk menahan rasa sakit. Namun Eugene seolah tidak peduli, ia mendekatkan ponsel kearah pria itu dan berkata sekali lagi dengan nada dingin. "Atasanku membutuhkan bukti kalau kalian mengincar dokumen yang disembunyikan oleh Harletta. Bicara."
"Aku tidak akan menjelaskan untuk yang kedua kalinya, fuck you!"
Eugene tertawa. Ia berjalan ke meja terdekat dan mengambil sebuah pisau kecil yang masih terdapat darah disalah satu sisinya. Eugene kembali mendekat kearah pria itu dan berbisik pelan. "Kau akan melakukan tepat seperti yang kusuruh, Tanzil."
Tanpa menunggu jawaban dari Tanzil, Eugene langsung menusukkan pisau yang digenggamnya tepat diatas paha Tanzil yang sudah terluka akibat penyiksaan yang dilakukan Eugene lima menit yang lalu. Ia menusukkan pisau, Tanzil berteriak kesakitan dan menangis, belum selesai sampai disana, Eugene memutar pisau itu seolah berusaha mengoyak daging yang tertancap pada pisau tajam tersebut.
Teriakan kesakitan dan juga tangisan memilukan terdengar begitu jelas diruangan yang kedap suara itu. Eugene mendekatkan ponselnya sekali lagi ke bibir Tanzil dan dengan dingin berkata, "Speak now."
"Pre-Prescott me-menginginkan nona Har-Harletta—"
Eugene menggerakkan pisau yang masih menancap itu dan berdesis, "Ucapkan yang benar!"
Kemudian Tanzil langsung berteriak dalam satu tarikan nafas," Tuan Prescott menginginkan dokumen yang dicuri oleh nona Harletta. Dokumen itu akan digunakan oleh tuan Prescott untuk menjatuhkan Robert Wellington dan mendapatkan seluruh kerajaan bisnis Wellington!!!"
Setelah Tanzil berteriak dan menjelaskan, Eugene menarik ponselnya dan meletakkannya kembali ke telinganya sendiri. "Clear enough, Ewan?" tanya Eugene sambil berjalan menjauh dari Tanzil.
"Aku akan segera kesana, Gene."
"Aku tidak terlalu mengharapkan kedatanganmu, Ewan," ucap Eugene sambil mengelap noda darah yang terdapat pada tangannya dengan sebuah lap yang ada dimeja. "Tapi aku akan menunggumu."
Sebelum mematikan sambungan ponselnya, Ewan berkata, "Tanyakan lagi informasi penting lainnya, mengenai apa hubungannya Lidya dengan semua ini dan dokumen apa yang sedang dicarinya. Mengerti?" Dan setelah jeda selama tiga detik, Ewan berkata lagi, "Jangan siksa dia sampai mati. Aku menginginkan pria itu hidup sampai aku tiba, Gene."
"Tergantung dengan seberapa cepat dia mampu bekerja sama, Ewan."
Ewan terkekeh pelan dan berkata, "Aku tidak pernah menyuruhmu untuk membunuhnya, Gene. Jangan melakukannya sampai kusuruh, Do you understand?"
"Aku hanya menerima perintah yang pertama, Ewan. 'Lakukan apa yang harus kau dan Fenton lakukan.' Dan karena Fenton sedang mengerjakan pekerjaan yang lain, aku-lah yang melakukan apa yang harus kulakukan Ewan. Itu adalah perintahmu."
"Pokoknya jangan sampai dia mati."
Kemudian sambungan terputus. Eugene meletakkan ponselnya diatas meja dan kembali mendekat kearah Tanzil yang sudah bergetar, seluruh darah menyucur dari lengannya dan juga paha-nya. Eugene mengangkat alisnya dan berkata, "Kau tidak akan mati sebelum atasanku datang bukan? Jangan membuat semua ini menjadi rumit Tanzil. Karena kalau kau mati sebelum Ewan datang, dia akan menyusahkanku dengan pekerjaan lainnya. Lagipula seharusnya kau bersyukur karena menghadapiku, bukannya dia."
Eugene menoleh kearah dua sandera lainnya dan mengangkat alisnya tinggi-tinggi, "Kalian mengerti bukan? Perintah dari Ewan adalah kalian tidak boleh mati sebelum dia datang. Jadi..." Eugene mengelus kepala pria berambut merah yang umurnya terlihat lebih muda, "Kalian berdua mengerti bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...