98-1

49.9K 6.9K 592
                                    

Ewan tengah menatap cincin yang melingkar di tangannya, sementara tangannya mengelus rambut ikal milik Lucas. Selama Lucas tinggal di rumahnya, anak itu selalu ingin di temani ketika tidur walaupun Lucas tidak mengatakannya segala gamblang. Anak itu selalu bermimpi buruk tengah malam dan Ewan menyadarinya ketika mengunjungi kamarnya tengah malam.

Kerutan di kening Lucas sudah membuktikan betapa buruk mimpi anak itu. Dan Ewan cukup mengelus kening Lucas untuk membuat tidur Lucas kembali tenang. "Mommy..." bisik Lucas pelan sambil menggenggam jemari Ewan yang berada di sampingnya.

Ucapan pelan itu membuat Ewan sesak. Ia seharusnya tahu bahwa bukan kekayaan yang diinginkan oleh Lucas, bukan janji manis yang diinginkan anak itu. Lucas menginginka Lidya di sampingnya. Dan yang lebih buruk lagi, Ewan tahu... ia membutuhkan Lidya lebih besar dari Lucas merindukan mama-nya.

Dan untuk itu Ewan meneteskan air mata lagi.

Perlahan Ewan menundukkan kepala, mengecup kening Lucas sebelum meninggalkan kamar dan menuju ruang kerjanya. Ewan berjalan ke rak minumanya, mengambil sebotol minuman dan duduk di balik meja kerjanya. Ia membuka laci teratas di balik mejanya dan memperlihatkan sebuah kartu terakhir dari Lidya yang di temukan oleh Simon.

"Aku pikir, semudah itu untuk melepaskanmu. Aku pikir dengan keberadaan Lucas, semuanya akan menjadi lebih baik. " Ewan mengecup kartu tersebut dan hatinya kembali menangis. "The truth is, I missed you so much and I can't barely breath..."

Dan Ewan kembali menegak minumannya. Hingga ponselnya berdering tanpa mengetahui perasaannya. "Siapapun kau, aku tidak berminat untuk—"

"Sudah mendapatkan hadiah perpisahanku, Wellington?"

Ewan jelas mengenal suara itu, Jack Prescott. Namun kali ini suara pria itu seolah tidak memperdengarkan permusuhan. Suara itu merupakan suara yang menawarkan pertemanan dan Ewan tidak bisa menduga apa alasannya. "Kau menculik puteraku dan aku bisa saja menuntutmu karena itu, Jack."

"Dan kalau bukan karena diriku, puteramu kini sudah menjadi mayat, di kubur bersama dengan bayi yang di duga Lucas. Seharusnya kau berterima kasih kepadaku bukannya bersikap kurang ajar, Wellington."

"Di mana kau sekarang?"

"None of your business, Anak muda." Ewan hampir saja berkata kasar kepada Jack kalau saja pria itu tidak berkata,"Kau tidak pantas mendapatkan puteriku sejak awal. Tapi Lidya mencintaimu, bukan?"

Dan aku mencintainya...

"Bagaimana perasaanmu sekarang, Wellington? Sedih? Berduka? Kehilangan?" Pertanyaan itu tidak memancing amarah Ewan, kata-kata itu tidak sarat dengan ejekkan. Ucapan itu hanya sebuah pertanyaan tidak berdasar yang meluncur dari pria yang tidak diinginkannya untuk memperdulikannya. "Jangan terlalu terpaku pada masa lalu, Wellington. Puteriku, Lidya Prescott telah tiada. Setidaknya harusnya kau bahagia karena Lucas masih hidup."

"Aku masih tidak mengerti alasanmu melakukan semua ini, Jack. Kau berpura-pura menembak Harletta, mengancam puterimu sendiri bahkan bersikap seperti seorang musuh." Ewan memijit pelipisnya pelan. "Kenapa kau menyembunyikan semua ini dari Lidya? Kenapa...kau membuat Lidya terluka begitu dalam?" bisik Ewan.

"Karena aku adalah bajingan. Dan ketahuilah, anak muda, aku tidak menginginkan anak itu mencintaiku seperti ibunya mencintaiku. Seorang bajingan, tidak pantas di cintai dan tidak pantas untuk bahagia." Ketika Ewan tidak mengucapkan kalimat apapun, Jack berkata dengan nada lirih yang akan membuat Ewan bertanya-tanya. "Tapi kau bukanlah seorang bajingan. Setidaknya untuk puteriku, bukan?"

Dan Ewan tahu, ucapan itu merupakan kalimat terakhir yang di ucapkan oleh Jack. Karena sejak itu, Ewan tidak pernah lagi mendapat telepon atau mendengar berita mengenai Jack Prescott.

His TemptressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang