"Jangan manja!" ucap Aram kesal. Ia membalut luka di sekitar tubuh Ewan sambil mendengar rengekan pria itu yang daritadi mengatakan bahwa lukanya terasa sangat sakit. Dengan kesal Aram memukul sisi tubuh Ewan yang sakit dengan telapak tangannya hingga membuat mengumpat. "Manja! Bukankah kau bisa bertahan dari kecelakaan pesawat itu selama sepuluh jam dan malah melakukan pertemuan yang jelas-jelas bisa di wakilkan oleh orang lain?!"
"Aram, dia kesakitan," ucap Max sambil mengangkat alisnya namun tidak berusaha menolong Ewan. "Jangan sampai lukanya menganga lagi. Frances pasti tidak sanggup mengobati Ewan lagi apalagi setelah tadi Ewan hampir saja menusuknya dengan jarum suntik dan juga scapel."
"Dasar gila! Biarkan saja dia di operasi tanpa di bius sekalian!" bentak Aram.
Sementara itu Ewan meringis dan meringkuk pelan. Ia tidak benar-benar bersikap bodoh, Ewan tidak benar-benar berpikir bahwa pertemuan itu bisa di gantikan oleh orang lain. Menggantikannya dengan Eugene? Hal itu tidak mungkin di lakukannya. Never!
Lima menit kemudian ia menegakkan tubuhnya dan mendesis marah. "Aku tidak pernah menyuruh kalian untuk datang kesini dan membuatku luka lebih parah lagi!"
"Kau seharusnya bisa menyuruh kami yang melakukan pertemuan itu, Ewan," ucap Max menahan kesal. "Kau seharusnya memberikan tugas ini kepada orang lain. Eugene bisa melakukannya tanpa dirimu."
"Eugene sudah kuperintahkan untuk menjaga Dee."
"Kau membuat seluruh staff andalanmu untuk menjaga satu wanita?" Aram membelalakkan matanya dengan terkejut, lalu mendengus dengan kasar. "Oh God. Coba katakan padaku, siapa yang sekarang tergila-gila dengan wanita? Aku, Max atau dirimu?!"
"Eugene tidak bisa diganggu, Aram. Keberadaannya di sana lebih penting untuk—"
Mengetahui ucapannya tidak layak untuk diteruskan, Ewan menutup mulutnya dan berpura-pura merapikan perban di sekeliling pinggulnya yang sebenarnya tidak mengganggu. Sementara Aram dan Max saling bertatapan satu sama lain, dan Max menggeleng pelan seolah mengatakan kepada Aram untuk tidak memperpanjang masalah. Jadi Aram tidak memberondongi Ewan dengan berbagai pertanyaan yang hampir saja meluncur dari bibirnya.
"Aku bisa menyelesaikan masalah ini sendirian. Kalaupun mereka berani menyentuhku, aku memiliki ratusan orang bersamaku, Aram." Lalu Ewan tersenyum kecil dan seperti biasa membuat kedua sahabatnya itu kesal. "Dan aku memiliki kalian berdua. Kalau saja orang suruhan kalian tidak langsung menolongku, aku rasa aku akan benar-benar mati."
"Oh ya, orang suruhan kami telah bekerja dengan sangat baik hingga kau memutuskan untuk menyelinap dari ruang UGD menuju Perancis hanya untuk pertemuan, Ewan," ejek Aram sambil mendengus dan menggeleng kepalanya. "Aku benar-benar tidak bisa mengerti apa yang ada di otakmu itu."
"Ewan, Samuel beserta beberapa staff bawahannya sudah mampu menjaga Lidya dengan baik tanpa kau harus memberikan seluruh staff andalanmu di sisi wanita itu. Kau lebih membutuhkan mereka di banding Lidya, kalau saja kau membawa salah satu dari mereka hal ini tidak akan terjadi sama sekali." Max memperingatkan Ewan sambil menyipitkan matanya dan bersidekap. "Setidaknya, salah satu staff-mu mampu membuat akal warasmu kembali menyala."
Ewan mendengus sambil mengibaskan tangannya kesembarangan arah.
Sejenak mereka tidak saling berbicara satu sama lain ketika Ewan berusaha memakai kembali celana bahannya, hingga akhirnya Aram yang terlebih dahulu membuka topik pembicaraan. "Jadi, saham tersebut sudah dibekukan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...