Ewan duduk di balik meja kerjanya, dengan dokumen ditangannya. Dokumen yang beberapa hari lalu diberikan oleh Alfredo, ia masih belum sempat membacanya. Ia mulai menelaah isi dokumen tersebut yang isinya lebih menggambarkan seperti apa keadaan Harletta sekarang, baru saja matanya beranjak ke baris kedua, mendadak ponselnya berdering.
Tanpa melihat siapa yang menelepon, Ewan langsung mengangkatnya. "Wellington," ucap Ewan cepat-cepat. Lalu ketika ia mendengar suara yang dikenalnya, Ewan langsung mengangkat alisnya. "Terry?"
"Halo, Bos. Sedang sibuk dengan olahraga malammu?" kekeh Terry.
Ewan mendengus. "Di sana jam berapa memangnya, sampai kau menyempatkan diri untuk menghubungiku?" Ewan menutup dokumen dihadapannya, ia menyandarkan punggungnya di kursi. "Bagaimana hasilnya?"
"Aku sudah memberikan hasil laporanku kemarin, dan kau bahkan tidak bisa menyempatkan diri untuk menghubungiku, Ewan?"
"Aku baru saja melihat laporanmu, Tes. Jadi, ada apa?"
"Terry! Don't even dare to change my name, bastard."
Ewan terkekeh pelan, ia memutar kursi dan melihat pemandangan malam dari balik jendela. Perlahan Ewan berdiri, tangannya ditumpukan pada jendela dan dengan tegas ia bertanya, "Bagaimana keadaannya?"
"Bukan bom, Ewan." Ewan bisa mendengar Terry menghela nafas. "Wanita itu tertembak sebanyak dua kali. Pertama di dada, kedua di perut. Luka kedua tidak ada apa-apanya, luka pertama-lah yang patut dikhawatirkan."
"Dua kali tertembak?"
"Iya. Simon sedang mencari tahu rekaman kejadian, kita tidak bisa mencari tahu dari pihak CIA karena sepertinya kejadian itu terjadi di ruang tertutup. Dan Jake Prescott memiliki hubungan dengan beberapa pengusaha besar jadi rekaman itu dirahasiakan." Ewan mendengar langkah kaki dari seberang telepon, lalu ia mendengar helaan nafas dari Terry. "Menurut hasil laboratorium, koma yang dialami oleh Harletta mungkin ada hubungannya dengan racun pelemah jantung."
"Ada lagi?" tanya Ewan pelan.
"Aku akan mengabarimu lagi. Oh iya, aku lupa menanyakan hal ini kepadamu." Ewan menunggu Terry melanjutkan ucapannya. "Apakah kau pernah melihat luka di tubuh Lidya?"
Kali ini Ewan mengernyit. "Luka apa?"
"Luka apapun. Mungkin goresan, tembakan, atau apapun."
"Sepertinya tidak."
"Kau yakin?" tanya Terry. "Karena menurut laporan yang kudapatkan, dia pernah terluka saat membawa Harletta ke rumah sakit. Yah, kalau wanita itu tidak terluka, mungkin laporan yang kudapatkan salah. Okay, aku hanya melaporkan itu saja kepadamu. Aku akan kembali bekerja kalau begitu."
"Ter," panggil Ewan.
"Yes, sir?"
Sejenak Ewan terdiam sementara jemari tangannya terkepal. Dan dalam hitungan beberapa detik, Ewan berkata kepada Terry dengan nada dingin. "Ambil data perusahaannya. Dia punya perusahaan cabang di Yunani dan Spanyol bukan? Aku menginginkan pemalsuan data, buat data seolah-olah perusahaan Jake Prescott yang melakukannya. Dan sebarkan berita tersebut ke pemerintahan Inggris dan Duta Spanyol."
"Kau menginginkan perusahaan Jake Prescott hancur?"
"Tidak." Ewan memasukkan sebelah tangannya kedalam saku. Mata hijaunya berkilat ketika melihat pemandangan malam didepannya. "Memangnya selama ini, bagaimana prinsip yang kukatakan padamu, Terry?"
"Hancurkan perlahan-lahan agar mereka tahu kalau mereka sedang berhadapan dengan siapa," jawab Terry. Lalu pria itu mendesah, "Kau sedang marah, Ewan? Kau tidak terbiasa melakukan-"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...