Pasukan Voters, Spamers, komentator, sini merapat. Bakwan kembali. Kali ini cuplikan sedikit gimana rasa sakitnya bakwan pas ditinggalin sama DOI. *jrengg jrengg lagu acoustic* Happy Bapers :)
Theme song : Two is better than one _ Boyslikegirls ft. Taylor Swift.
reff :
"Then maybe it's true that I can't live without you.
Maybe two is better than one
But there's so much time to figure out the rest of my life
And you've already got me coming undone
And I'm thinking two is better than one"
Keesokan paginya, Lidya berencana untuk bangun pagi dan membuatkan segelas kopi untuk Marshall, ia memiliki rencana untuk setidaknya memperbaiki hubungan mereka. Kalau mereka tidak bisa kembali seperti dulu, setidaknya mereka tidak menjaga jarak.
Tapi ketika Lidya membuka kamar Marshall, pria itu tidak ada. Tempat tidur pria itu bahkan sudah rapi seakan tidak pernah ditempati. Perlahan ia memasuki ruangan dengan nuansa gelap itu dan menduduki tepi tempat tidur.
Perlahan tangannya terulur dan mengelus kasur yang terasa sedikit dingin. Ia bertanya-tanya apakah semalam pria itu tidur nyenyak? Ataukah... pria itu tidak pulang semalaman?
"Tuan Marshall telah berangkat kekantor subuh tadi karena ada hal yang harus dilakukannya." Suara itu membuat Lidya memutar tubuhnya dan menyadari keberadaan Alfredo yang berdiri diambang pintu. Pria itu itu tersenyum hangat dan berkata, "Tuan Marshall memang selalu tidak pernah berada dirumah pada malam hingga pagi hari."
"Dia... kemana?"
"Bekerja," jawab Alfredo. Pria itu tersenyum dan kembali berkata, "Sarapan pagi telah siap. Mari, saya antar ke ruang makan."
Lidya mengangguk dan mengikuti langkah Alfredo, walaupun begitu, ia masih terus bertanya-tanya pekerjaan apa yang dilakukan oleh Marshall sehingga pria itu harus pergi bekerja saat malam. "Pekerjaan apa yang dilakukan oleh Mar-Maksudku, Ewan?"
"Tuan Marshall memiliki beberapa usaha, salah satunya adalah klub malam dan seperti yang anda ketahui, dibalik semua itu Tuan Marshall juga mengelola perusahaan kecil berskala internasional yang melibatkan teknologi, saya tidak tahu tepatnya yang dilakukan oleh beliau." Alfredo membuka pintu dan mempersilahkan Lidya untuk berjalan terlebih dahulu. Ketika Lidya telah masuk kedalam ruang makan, ia melanjutkan ucapannya, "Tapi beberapa usahanya tidak diketahui oleh orang banyak."
"Bagaimana bisa?" tanya Lidya bingung.
"Anda bisa menanyakannya secara langsung kepada Tuan Marshall ketika beliau pulang nanti. Biasanya, Tuan Marshall akan pulang sekitar jam dua siang setelah makan siang dengan Tuan Maximillian di Hotel." Alfredo mengangkat sepoci teh hangat dan bertanya, "Tea?"
"Terima kasih," jawab Lidya dan Alfredo menuangkan teh tersebut kedalam cangkirnya. Tanpa berpikir, Lidya bertanya, "Apakah dia sudah makan?"
"Beliau tidak pernah makan kecuali siang dan malam hari. Terkadang, Tuan Marshall hanya akan minum wine dengan coklat yang diberikan oleh Tuan Aram."
"Dia... tidak makan malam dengan baik?" tanya Lidya.
Alfredo tersenyum, "Silakan mencoba roti yang baru saja kami panggang." Alfredo memberikan sepotong roti hangat keatas piring Lidya dan ia berkata, "Ada hal yang telah berubah dan ada hal yang tidak pernah berubah, Miss. Dan saya harap anda bisa melihat apa yang saya maksudkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...