Cinta tidak membuatku bodoh. Cinta membuatku sadar mengenai apa yang harus kulakukan, dan menunggu bukanlah cinta. Karena lima tahun aku menunggu tapi kau tidak kembali padaku. - Ewan. M. Wellington.
Ewan sadar bahwa selama ini ia salah. Kebodohan yang selama ini diucapkannya bukanlah kembali kepada Lidya. Kebodohan yang selama ini diucapkannya adalah saat-saat dimana ia hanya menunggu tanpa berbuat apapun, berharap Dee akan kembali padanya. Itu adalah kebodohan. Jadi, kali ini Ewan tidak akan menunggu, dia tidak akan membiarkan kebodohan itu menghampirinya sekali lagi.
Dengan langkah mantap ia hendak masuk kedalam Lobby hotel, ia berdiri sejenak ketika melihat beberapa penjaga hotel berdiri didepan pintu Lobby dengan tegak. Ewan mengambil ponselnya dari saku, dengan cepat menghubungi Samuel.
"Sam, kau ada dimana?" Tanya Ewan.
"Ada apa?"
Seperti biasanya, Samuel sama sekali tidak suka berbasa-basi dan selalu menanyakan inti dari pembicaraan mereka. Dengan senyum kecil, Ewan memasukkan salah satu tangannya dan menjawab pertanyaan Samuel. "Bisa kau kumpulkan anak buahmu dan menggantikan penjaga di Lobby?" Sebelum Samuel menolaknya, Ewan kembali berkata, "Aku tidak bisa membiarkan penjagaan seperti ini buruknya. Tidak ada yang boleh masuk sama sekali kecuali Maxie ataupun tim-ku."
"Kalau aku yang menjaga pintu depan, tidak ada yang boleh masuk dan itu termasuk dengan para sahabatmu. Apakah kau setuju?"
"Deal. Lakukan apa yang kau suka sampai operasi selesai." Sebelum Ewan mematikan sambungan ponselnya, ia berkata tegas dengan nada lirih. "Kali ini, jangan sampai kecolongan lagi, Sam. Aku tidak menginginkan satupun penyusup yang berniat jahat terhadap-"
"Aku akan membunuh siapapun penyusup yang berani menerobos masuk, Ewan. Tidak peduli apakah itu kawan ataupun lawan. Bagiku, semua penyusup yang berani mengganggu ketenangan atasanku adalah musuh yang harus dimusnahkan."
Ewan tersenyum kecil. Ia menghela nafas panjang. "Aku tidak tahu bagaimana diriku tanpa penjagaanmu, Sam."
"Yang perlu kau lakukan hanyalah meminta, Ewan dan kami akan melakukan apapun yang kau perintahkan." Sebelum Ewan mengatakan sesuatu, Samuel kembali berkata, "Aku akan segera kesana, Capt."
⃰
Ewan memasukkan ponselnya, lalu ia berjalan kesalah satu penjaga yang bertubuh tinggi. Pria itu mengenakan plat emas bernama 'Henry'. Ewan mengulurkan tangan, menyentuh plat tersebut secara tiba-tiba sehingga membuat pria bernama Henry terkejut. Dengan santai Ewan membiarkan mata hijaunya menyapu mata biru pria itu, ia memajukan tubuhnya. "Aku mau kau melakukan sesuatu untukku."
"Iya, sir. Apa yang bisa saya lakukan?" Tanya pria itu.
Ewan mengambil ponselnya, mengutak-atik-nya sebentar dan memperlihatkannya sekali lagi kepada pria itu. "Kalian semua bisa berkumpul dan mencari pria ini dimanapun. Dia memiliki tempat praktik di rumah sakit sekitar sini."
"Dokter... Jason Cunningham?"
"Kau bisa melakukannya?" Tanya Ewan dingin.
"Tapi sir-" Henry tidak melanjutkan ucapannya ketika menyadari mata Ewan berkilat penuh kemarahan. Jantung Henry berdebar lebih cepat dari sebelumnya, selama ini ia sanggup menerima kemarahan Maximillian Russell setelah bertahun-tahun bekerja pada pria itu. Dan yang diketahui Henry, sosok Ewan Wellington adalah periang dan tidak memiliki satupun emosi. Bahkan ketika ia melakukan kesalahan, Ewan Wellington tidak pernah sekalipun memarahinya, tapi ini... bukanlah apa yang selama ini dipikirkannya. "Saya bisa melakukannya, sir..." jawab Henry pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...