'Mencintaimu dalam diam, terluka oleh sunyi dan berakhir pada ketidakpastian.'
–Robert Arthur Wellington.
Robert Arthur Wellington adalah pria keras hati yang memiliki puluhan properti di seluruh dunia dari hasil kerja kerasnya. Ia memegang kekuasaan penuh atas ribuan pegawai yang bekerja di bawahnya. Tapi hidupnya tidak sempurna.
Dalam diam, Robert memegang dua gelas wine dan mengisinya dengan Wine merah kesukaan istrinya. Ia menatap pada nisan di hadapannya, begitu jelas dan menyakitkan.
'Jesslyn Amy Wellington'
Robert meletakkan salah satu gelas wine di depan nisan tersebut, sementara satu gelas lagi di genggamnya. Ia mengelus pinggiran nisan itu dengan lembut, "selama ini aku sudah menyakitimu, ya kan, Jess?"
"Aku sudah melukai kalian berdua, menghancurkan rumah tangga kita dan bahkan menghancurkan anak itu." Robert duduk di depan nisan dengan perasaan hancur. Ia memperlihatkan kelemahan yang tidak pernah di tunjukkannya di hadapan siapapun. "Aku mencintainya, Jess. Aku sangat mencintai anak itu dan mencintaimu." Robert menarik nafas panjang. "Tapi aku terlalu bodoh..."
Terlalu bodoh untuk melihat kenyataan, terlalu bodoh untuk percaya, si bodoh yang menyedihkan. Iya, Robert sudah mengetahui segalanya dari anak buahnya. Ia telah di bodohi selama beberapa tahun ini dan bahkan berusaha mengabaikan perasaan sayangnya hanya karena drama yang sengaja di buat oleh Prescott.
"Aku bahkan tidak pantas mencintaimu lagi, Jess..." bisik Robert.
Beberapa tahun ini, Robert tersiksa dengan keangkuhannya sendiri. Ia menolak untuk mencintai Marshall, anak yang sangat di banggakannya. Ia menolak Jesslyn, istri yang sangat di cintainya. Robert menolak semuanya dan malah terperangkap oleh drama yang di buatnya sendiri.
Masih dalam perasaan bersalahnya, Robert mendengar seseorang berjalan kearahnya. Dengan harga diri yang masih tersisa, Robert menegakkan tubuhnya sembari berdiri. Ia mengibaskan rumput yang menempel pada celananya dan berkata dengan dingin,"Aku tidak suka di ikuti."
"Maafkan saya, Mr. Wellington. Tapi ada sesuatu yang harus kita bicarakan." Robert mendengar suara tegas itu dan menatap pria itu. Dengan tatapan menyelidik Robert meneliti raut wajah Eugene di hadapannya, lalu mendengus dan membalikkan tubuhnya. Robert menghentikan langkahnya saat Eugene berkata, "Ini mengenai Ewan."
Kedua tangan Robert yang berada di dalam saku mengepal. Dengan rasa terkejut yang tidak lagi di tutupi, Robert membalikkan kembali tubuhnya. "Apa yang terjadi dengannya?"
"Lidya Prescott meninggal."
"Dia mau hidup atau mati sama sekali tidak ada hubungannya denganku," ucap Robert dingin.
Eugene tersenyum kecil saat Robert mengucapkan kalimat dingin tersebut. Ia menatap pria di hadapannya dan kembali berkata, "Walaupun kematiannya membuat Ewan menjadi tidak waras?" Eugene diam sesaat seolah menelaah wajah Robert dan berbisik pelan, "Dia terluka walaupun tidak berdarah Mr. Wellington."
"Anak itu akan belajar melupakannya, pada waktunya nanti akan tiba bagi anak itu untuk sadar bahwa kegilaan tidak akan membawa kewarasaannya kembali."
Saat Robert membalikkan tubuh dan hendak melangkah pergi, Eugene berkata tegas," Dia tidak akan pernah sadar, sama seperti anda yang selalu mengharapkan istri anda kembali lagi, Sir." Tubuh Robert menegang namun Eugene berusaha tidak memperdulikannya. "Kalau anda bilang Ewan akan sadar, bagaimana jika anda bertanya kepada diri anda sendiri, apakah anda pernah sadar bahwa istri anda tidak akan pernah kembali? Bahwa anda adalah orang terakhir yang ingin di lihat oleh istri anda namun anda menolak untuk menemuiya semata-mata karena kemarahan anda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...