Dengan perasaan kesal yang telah tertumpuk selama beberapa hari ini, Lidya keluar sambil membawa buket bunga kesukaannya. Ia membuka pintu dengan marah dan berjalan menuju ruang makan. Di sana Lidya melihat begitu banyak yang sudah duduk di meja makan, termasuk Maximillian dan Aram Alford.
Mengabaikan kesopanan, Lidya langsung menyeruak masuk dan berdiri dengan mata menilai kearah mereka semua. Simon yang pertama kali menyadari keberadaannya, mengangkat roti lapis keju-nya dan bertanya,"Akhirnya kau bangun juga Nona. Mau lapis keju?"
"Lapis keju my ass!" teriak Lidya kesal.
Suara kasarnya membuat semua pria yang tengah mengangkat peralatan makannya langsung menurunkannya kembali. Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang berani mengucapkan sepatah katapun. Tidak selesai sampai situ, Lidya mendekati Simon, mencengkram kerah baju pria itu dan bertanya dengan nada kasar. "Di mana bajingan itu?!"
Mulut Simon penuh dengan roti lapis Keju sehingga ia hanya bisa menunjuk kearah dapur. Setelah menelan makanannya, ia melanjutkan ucapannya. "Di-Di dapur. Dia sedang membuat Potato Gratin."
Eugene mengelap mulutnya dengan serbet dan langsung bangkit dari tempat duduk. Dengan tenang ia berkata, "Aku sudah selesai makan. Sebaiknya aku mengecek keadaan Harletta."
"Aku harus menghubungi Natalie," ucap Aram berikutnya yang di ikuti oleh Max yang juga hendak menghubungi istrinya. Begitupun dengan yang lain sehingga ruangan makan itu kosong. Mereka semua lebih menyukai makan di kamar atau tidak makan sama sekali saat menyadari Lidya luar biasa marah. Tidak mengindahkan semua itu, Lidya mulai berjalan kedalam dapur dengan menggenggam buket bunga.
⃰
Ewan berjanji akan pulang kemarin tapi pria itu tidak menepati janjinya, bukan hanya itu saja, pria itu juga tidak mengabarinya, tidak mengangkat telepon darinya dan yang paling parah pria itu tidak berusaha memberikan kabar kepadanya walaupun hanya satu. Lidya marah? Jelas! Pria brengsek yang tidak tahu betapa pentingnya masalah ini pantas mendapatkan seluruh kemarahan darinya tanpa terkecuali!
Fuck with Potato Gratin! Lidya tidak menginginkannya!
Lidya masuk ke dalam dapur dan berteriak lantang,"Sialan kau Marshall Wellington!" Ewan yang tengah membuat Potato Gratin langsung meletakkan mangkuk dan menatap Lidya yang masih memakai bathrobe tidur. Tidak hanya itu, Lidya melempar buket bunga tersebut kearah Ewan dan kembali berteriak,"Aku tidak membutuhkan bunga darimu!Berani-beraninya kau!!"
Tentu saja Ewan yang tidak mengerti arti dari kemarahan wanita dihadapannya hanya bisa terdiam, bersidekap dan menimang apa yang salah. Lalu Lidya menyemprotkan kemarahannya kembali. "Berani-beraninya kau tidak mengabariku!"
Ewan mengangkat alisnya.
"Berani-beraninya kau melanggar janjimu sendiri! Kau bilang akan pulang kemarin! Kau bilang semuanya akan baik-baik saja!" teriak Lidya. Ia berdiri dihadapan Ewan, mengabaikan kilatan pada bola mata hijau milik pria itu. Lidya memukul pria itu dengan kepalan tangannya berulang kali. "Berani-beraninya kau! Kau—Kau—!"
Ewan membiarkan Lidya meluapkan emosinya. Hal ini terasa manis baginya karena selama ini Lidya tidak pernah marah ataupun menyemprotnya langsung seperti sekarang. Wanita itu biasanya akan mengabaikannya, pura-pura tidak mengenalnya atau malah menangis diam-diam.
Ketika Ewan mendengar isak tangis Lidya dan mendengar wanita itu berbisik, "aku sangat membencimu..." Ewan malah merasa senyumnya mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...