Tepat saat Ewan hendak membuka pintu kerjanya, intercom kantornya menyala. Awalnya Ewan mengabaikan panggilan itu karena ia sudah melakukan reservasi di salah satu tempat makan yang ada di pinggir pantai. Ewan melakukan reservasi itu sendirian, karena ia sendiri yang ingin memilih menu makanan untuk makan malam-nya dengan Lidya.
"Sepertinya penting," ucap Lidya sambil tersenyum lembut dan mengusap lengan atasnya. "Jawab panggilan itu sebelum telepon di kantormu meledak, Marshall."
"Boleh di abaikan saja? Aku sudah lapar. Lagipula pasti telepon itu dari Eugene atau dari staff lainnya yang hanya ingin menahanku lebih lama." Ewan memperlihatkan wajah memelasnya dan berusaha membuat Lidya berbaik hati untuk setuju kepadanya. Ketika wanita itu tidak melakukan hal yang diinginkannya, Ewan menghela nafas panjang sebagai tanda menyerah. "Baiklah, aku akan menjawabnya cepat dan kita akan segera pergi makan."
"Go ahead, superman. Jangan sampai teleponmu meledak disini," ejek Lidya sambil tertawa. Kemudian Lidya berjalan masuk kembali kedalam ruangan dan duduk di sofa tengah sambil tertawa melihat gerutuan yang keluar dari bibir Marshall.
Ewan berjalan kearah telepon dan mengangkat intercom tersebut dengan cepat. "Dengar, siapapun kau, aku peringatkan kalau kau sudah membuatku-"
"Jengkel?"
"Simon?" Ewan mengernyit dalam. "Apa yang kau lakukan?" Ketika ia mendengar Simon tertawa dari seberang telepon, Ewan mendengus keras-keras, "Kalau kau berniat membuatku jengkel, maka kau berhasil! Asshole, aku mau kencan, jelaskan apa keperluanmu!"
Terdengar tawa dari seberang telepon, dan hal itu membuat Ewan semakin kesal. "Mendengarmu jengkel seperti itu, membuatku tidak mau mematikan telepon dan ingin berlama-lama membuatmu jengkel Ewan."
"Aku akan mematikan telepon ini!"
"Oh, kau tidak akan melakukan hal itu Ewan, karena aku punya hadiah untukmu. Tidak mau mendengarnya?" Simon terkekeh ketika Ewan tidak mengucapkan apapun. "Maximiliian juga nampaknya ada hubungannya dengan semua ini."
"Aku tidak tertarik, nanti saja kau hubungi aku lagi Simon."
Tepat ketika Ewan hendak menjauhkan gagang teleponnya, Simon langsung berkata, "Ini berhubungan dengan kekasihmu. Wanita yang mampu membuat selangkanganmu berhenti bekerja ketika dia melangkah keluar dari pintu, dan satu-satunya wanita yang sanggup membuatmu tunduk hanya dengan senyumannya." Ketika Ewan tidak mengucapkan apapun, Simon terkekeh. Ia tahu kalau Ewan masih ada diseberang telepon. "Sudah kubilang kau pasti tertarik."
"Simon, jangan pernah bercanda dengan semua ini," ucap Ewan penuh penekanan. 'Aku tidak suka kalau kau membawa-bawa dia dalam leluconmu ini. Mengerti?"
"Kau tahu kalau aku bukan orang yang bisa bercanda." Simon tidak tertawa kali ini. Ia menghela nafas pelan sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku mendapatkan rekaman dari mansionmu yang sudah terjadi beberapa hari yang lalu, Ewan. Sebuah percakapan penuh cinta dari seorang ayah yang dengan tega mengancam putrinya sendiri." Simon berdecak. "Kalau kau mau tahu lebih baik kau keruanganku sekarang juga, Ewan. Atau aku akan membuang file ini. Oh iya, jangan ajak kekasihmu itu karena kau pasti tidak mau melihat dia shok dengan apa yang akan kuberitahu."
"Coba saja buang, dan akan kuhancurkan seluruh laboratorium yang kubangun untukmu di Manhattan." Ancaman Ewan tidak bisa dibilang berhasil karena Simon bukannya takut malah tertawa, "Aku serius dengan ucapanku, Simon."
"Iya, aku tahu kalau kau serius dengan ucapanmu, Ewan. Masalahnya, melihatmu jengkel sudah cukup membuatku puas. Kalau dibandingkan, wajah jengkelmu dan laboratoriumku..." Simon berusaha menimbang mana yang lebih menarik untuk dipilih." Well, aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk melihat pilihan pertama."
![](https://img.wattpad.com/cover/104132911-288-k414255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
His Temptress
Romance#4 in romance 130817 #1 in Love 100518 "Your heart, Skin, Breath, Blood, even your tears is mine. Don't ever think to give to somebody else." Ewan Marshall Wellington. Bagi Ewan kebodohan dan kesalahan hanya dilakukan sekali, karena itu saat l...