PRIA dengan balutan jas lengkap itu mengerjap-ngerjapkan matanya lucu setelah sinar matahari telah berhasil menyapa dirinya. Pria itu menyipitkan matanya, sinar matahari yang sangat cerah seolah dapat menusuk kelopak matanya dan membuat matanya hampir buta.
"SIAPA YANG MEMBUKA GORDENNYA!!" serunya karena merasa kesal.
"Mama yang membuka, mau apa kau, hah?" Nyonya Ma menghampiri putranya yang kembali menenggelamkan dirinya dibalik selimut tebal.
"Arghh... mau sampai kapan mama tinggal disini?! Mama sangat mengganggu, cepatlah kembali ke Amerika!" racaunya dan mendapat pukulan pada pantatnya.
"Mama! Aku sudah dewasa, berhenti menyentuh pantatku!" kesalnya sambil menyembulkan kepalanya dari balik selimut.
"Berani sekali kamu menyuruhku pergi!" Nyonya Ma menarik telinga Jiaqi sampai merah.
"Aduh!! Sakit!" kesalnya sambil meronta.
Nyonya Ma melepas jewerannya, "Bangun dan pergilah ke kantor, kamu sudah sembuh 'kan? Tentu sudah, semalam kamu bisa mabuk berat dan itu artinya kamu sudah sehat walafiat!"
Jiaqi menyandarkan kepalanya pada headboard, sejenak ia memejamkan matanya dan merasakan pening yang luar biasa yang disebabkan oleh alkohol yang ia minum semalam. Rasanya Jiaqi ingin muntah.
"Kenapa masih diam? Cepat mandi dan pergilah ke kantor!"
Jiaqi berdecak, "Bisakah mama diam? Suaramu membuat telingaku sakit. Lagipula untuk apa aku ke kantor, aku pemiliknya jadi terserahku mau ke kantor atau tidak."
Nyonya Ma tersenyum miring, "Owh, seperti itu? Nyatanya kamu dan Jiacheng masih bertanggung—"
"Berhenti membandingkan aku dengan gege, kami memang saudara kembar tapi aku adalah aku dan gege adalah gege!" sarkas Jiaqi dengan tidak sopannya.
Bukannya tersinggung, Nyonya Ma malah tersenyum mendengar jawaban dari putra bungsunya itu. Itulah Jiaqi, dia akan mengutarakan apa yang ada pada benaknya, ia tidak pernah menyimpannya sendiri kemudian menggerutu dibelakang. Dia adalah pria yang sarkastik.
"Cepatlah mandi, jangan sampai Aiela tahu kalau semalam papanya mabuk. Dan bersihkan kamarmu, baunya sangat full alkohol."
"Yes, honey."
"Aku mamamu, bukan Allycia!"
Deg!
"Oiya, Ma. Allycia mana? Kenapa rumahnya sepi sekali?" tanya Jiaqi kemudian.
"Allycia sudah pergi," jawab mamanya dengan santai. Jiaqi membulatkan matanya, "Pergi? Pergi bagaimana maksudnya?"
"Semalam kamu mengatakan apa saja padanya? Dia sampai pergi hari ini."
Jiaqi menyibak selimutnya dan beringsut dari tempat tidurnya. Persetan dengan rasa pusing yang hampir mual, Allycia lebih penting dari itu.
"Cepat katakan, dimana Allycia?!" Jiaqi mencengkeram kedua bahu ibunya dengan kasar, ia butuh penjelasan. Apalagi melihat raut santai dan tidak berdosa pada wajah ibunya membuat Jiaqi semakin tersulut emosi.
"I don't know, dia pergi begitu saja membawa tas besar."
Jiaqi melepaskan cengkeramannya pada kedua bahu sang ibu, dengan langkah terburu-buru ia berjalan menuju kamar yang tak jauh dari kamarnya, yap! kamar Allycia.
Ditelitinya, kamar itu benar-benar terlihat sangat rapi, tidak seperti biasanya yang sedikit berantakan karena ulah Allycia. Perasaannya semakin gundah, Jiaqi sendiri bingung dengan apa yang ia katakan semalam. Setelah mabuk, dirinya benar-benar tidak ingat akan hal apapun. Apakah ia mengatakan hal yang tidak sepantasnya sehingga membuat Allycia pergi dari rumah?
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfic❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...